Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Menguat, Ini Empat Faktor Pendorongnya Menurut Gubernur BI

Kompas.com - 28/01/2019, 12:07 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali menguat setelah pekan lalu kembali memasuki kisaran level Rp 14.100. Di pasar spot Bloomberg, Senin (28/1/2019) rupiah diperdagangkan pada Rp 14.050 per dollar AS, menguat 42,05 poin atau 0,3 persen dibandingkan penutupan perdagangan pekan lalu yang berada pada posisi Rp 14.092 per dollar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) perry Warjiyo mengatakan, setidaknya terdapat empat faktor yang mendorong penguatan pergerakan rupiah.

Faktor pertama, kepercayaan investor asing terhadap pasar dalam negeri cenderung meningkat. Perry mengatakan, aliran modal asing terus masuk ke Indonesia, tidak hanya melalui penanaman modal asing (PMA) namin juga investasi portofolio baik melalui obligasi, saham, maupun jenis aset lain.

"Alhamdulillah, rupiah terus bergerak stabil dan cenderung menguat," ujar Perry ketika memberikan panjelasan kepada awak media pada acara Ulang Tahun ke 64 Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta.

Baca juga: Diprediksi Menguat, Rupiah Bisa Tembus di Bawah Rp 14.000 Per Dollar AS

Kedua, sinergi kebijakan antara pemerintah, BI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjaga stabilitas pasar keuangan mendukung prospek ekonomi dalam negeri yang lebih baik. Menurut Perry, kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah terkait penyederhanaan aturan deposito Devisa Hasil Ekspor (DHE) untuk mengoptimalkan kinerja ekspor dalam negeri.

"Kebijakan yang baru dikeluarkan pemerintah untuk prosedur yang tidak perlu dalam mendorong ekspor bisa dihilangkan dan juga penataan logistik sebagaimana diketahui sejumlah prosedur terkait lembaga surveyor, larangan terbatasm maupun pengaturan logistik di pelabuhan untuk ekspor akan sangat disederhanakan," sebut Perry.

Perry mengatakan, beberapa sektor yang memiliki potensi untuk terus digenjot agar berkontribusi dalam mendorong ekspor adalah sektor garmen, makanan dan minuman, serta elektronik.

Pemerintah pun juga terus berupaya melakukan substitusi impor untuk produk baja dan farmasi.

Hal ketiga, mekanisme pasar valuta asing (valas) semakin berkembang, baik di pasar spot, swap, maupun domestic non delivery forward (DNDF).

"Dari waktu ke waktu volume dari DNDF terus berlangsung. Kami pasatikan likuiditas valas ada baik di spot, swap, maupun DNDF dan pelakunya sekarang tidak hanya dalam negeri tetapi juga investor asing," ujar Perry.

Sementara faktor keempat, ketahanan eksternal perekonomian dalam negeri dianggap sudah lebih kuat, termasuk dari sisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang selama bertahun-tahun selalu menjadi masalah ekonomi Indonesia.

"CAD kita perkirakan lebih rendah, maupun juga aliran modal asing (yang meningkat), sehingga surplus neraca modal semakin bengkak sehingga dari sisi fundmaental sendiri neraca pembayaran kondisinya membaik," kata Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com