Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat Utang Berbunga Tinggi Gencar Diterbitkan, Saatnya Investasi!

Kompas.com - 29/01/2019, 17:54 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam APBN 2019, pemerintah menyatakan bakal menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp 826 triliun. Sebesar 7,26 persen di antaranya, atau Rp 60 triliun berupa SBN ritel.

Penerbitan SBN ritel untuk periode 2019 rencananya akan dilakukan sebanyak 10 kali. Di awal tahun ini, pemerintah juga telah menerbitkan SBR005 dengan bunga relatif tinggi, yaitu 8,15 persen per tahun.

Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, harusnya momentum ini dimanfaatkan masyarakat untuk mulai berinvestasi melalui surat utang pemerintah. Sebab, bunga yang ditawarkan cukup bersaing sekaligus risiko berinvestasi melalui obligasi pemerintah sangat kecil.

 

Baca juga: Ini Investasi yang Makin Diminati Milenial

Namun sayangnya, masyarakat banyak yang kurang memahami konsep dari penerbitan surat utang oleh pemerintah.

"Kekeliruan kita itu tidak memahami utang secara benar dan tidak memanfaatkan surat utang sebagai sarana investasi," ujar Budi ketika memberikan paparan kepada awak media di kantornya, Selasa (29/1/2019).

Di sisi lain, pemerintah tengah gencar memperbaiki struktur kepemilikan SBN agar lebih banyak investor domestik. Sehingga, sangat wajar ketika pemerintah memasang bunga tinggi untuk menarik lebih banyak investor domestik.

Ini dilakukan meski harus mengalami persaingan suku bunga dengan perbankan dan menimbulkan perebutan likuiditas.

Baca juga: Milenial, Mulai Sisihkan 10 Persen Gajimu untuk Investasi!

Rasio dana masyarakat di pasar keuangan dalam negeri dibanding Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang relatif kecil membuat Indonesia menjadi lebih rentan terhadap kondisi eksternal. Sehingga, jika lebih banyak investor dalam negeri dalam struktur kepemilikan SBN, diharapkan ketahanan fundamental dalam negeri juga menjadi lebih baik.

"DPK (dana pihak ketiga) dibagi GDP Indonesia hanya 40 persen, sementara Singapura 130 persen, jadi ketika ekonomi dikencangkan yang kita lihat ada kemungkinan perebutan liquidity," ujar Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com