Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Kedua Capres Harus Siapkan Amunisi Data Valid Saat Debat

Kompas.com - 15/02/2019, 21:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom CORE Indonesia Akhmad Akbar Susamto menilai, debat pertama calon presiden-calon wakil presiden pada Januari lalu kurang greget karena hanya saling melontarkan serangan tanpa dasar.

Satu hal yang terabaikan oleh kedua kandidat adalah basis data yang kuat. Tanpa data yang kuat, kata Akbar, debat hanya omongan kosong. Ia menganggap, untuk debat kedua, kedua capres menyiapkan amunisi berupa data yang valid untuk menyerang maupun mempertahankan argumen mereka.

"Data-datanya tidak terlalu meyakinkan. Dua-duanya hanya bermain jargon," ujar Akbar di Jakarta, Jumat (15/2/2019).

Akbar mengatakan, kubu Joko Widodo terkesan overclaiming, selalu menggembar-gemborkan keberhasilan di masa pemerintahannya. Terutama soal infrastruktur. Namun, kubu Jokowi tidak secara gamblang menjelaskan apa saja dampak pembangunan infrastruktur secara konkret.

Baca juga: Jokowi dan Prabowo, Siapa Lebih Punya Jawaban soal Pangan?

Hal itu yang membuat kubu Prabowo Subianto lebih mudah menyerang kubu petahanan di isu infrastruktur. Namun, sama saja, kubu oposan juga menyerang tanpa data, hanya sekadar melontarkan bahwa infrastruktur gagal.

"Mereka cederung memberikan potongan-potongan kecil, bahkan kadang menarik ke potongan yang tidak terkait seperti infrastruktur gagal karena kita perlu bayar utang, Padahal dua itu berbeda," kata Akbar.

Akbar mengatakan, jika kubu oposisi mau menjatuhkan petahana, maka disebutkan saja infrastruktur apa saja yang gagal dan tidak penting.

Selain itu, agar citra mereka terangkat, dorong juga solusi yang ditawarkan oposisi terhadap masalah tersebut. Padahal, kata Akbar, di visi-misisnya, kubu Prabowo juga mengangkat soal infrastruktur. Di sisi lain, pendukungnya menyebut infrastruktur tidak begitu penting.

"Faktanya secara implisit mereka sudah mengatakan perlu. Di visinya sendiri ada daftarnya. Jadi tidak konsisten juga dengan pendukungnya," kata Akbar.

Baca juga: Kedaulatan Pangan, Nyata atau Mimpi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com