Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Asia Tenggara Terpukul

Kompas.com - 21/02/2019, 13:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com — Pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara ambles pada 2018. Bahkan, angkanya mencapai level terendah untuk pertama kali dalam tiga tahun.

Dikutip dari Nikkei Asian Review, Kamis (21/2/2019), beberapa negara di kawasan Asia Tenggara terpukul oleh faktor eksternal dan domestik. Kondisi ini dipandang bisa terus memberatkan ekonomi kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan pada tahun ini.

Sesuai data yang dikumpulkan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB), pertumbuhan ekonomi lima negara terbesar Asia Tenggara mencapai 4,8 persen pada 2018. Lima negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Baca juga: Malaysia Catat Pertumbuhan Ekonomi 4,7 Persen Sepanjang 2018

Pada 2017, pertumbuhan ekonomi lima negara tersebut jika digabungkan mencapai 5,1 persen, sementara pada 2016 mencapai 4,6 persen.

Sepanjang 2018, kawasan Asia Tenggara menghadapi sejumlah tantangan pertumbuhan ekonomi. Selain perang dagang AS-China, negara-negara di kawasan tersebut juga mengalami pelemahan nilai tukar.

Pertumbuhan ekonomi Singapura untuk pertama kali anjlok dalam tiga tahun terakhir menjadi 3,2 persen pada 2018 dibandingkan 3,9 persen pada 2017. Pertumbuhan sektor manufaktur Singapura merosot menjadi 7,4 persen dan sektor perdagangan anjlok dari 1,9 persen menjadi 1,5 persen. Ini adalah indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi Singapura yang bergantung pada perdagangan terdampak perang dagang.

Baca juga: Moodys: Pertumbuhan Ekonomi RI Turun di Bawah 5 Persen pada 2019-2020

Pertumbuhan ekonomi Filipina merosot dari 6,7 persen pada 2017 menjadi 6,2 persen. Pelemahan pertumbuhan ekonomi disebabkan anjloknya konsumsi karena inflasi meningkat.

Adapun pertumbuhan ekonomi Malaysia terdampak faktor domestik. Pertumbuhan ekonomi negeri jiran itu merosot dari 5,9 persen pada 2017 menjadi 5,2 persen pada 2018, salah satunya karena beberapa proyek restrukturisasi fiskal pemerintah ditunda.

Sementara itu, Indonesia dan Thailand mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Indonesia dan Thailand merupakan ekonomi terbesar pertama dan kedua di Asia Tenggara.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,17 persen pada 2018 dibandingkan 5,07 persen pada 2017. Faktor pendorong pertumbuhan adalah meningkatnya konsumsi swasta, salah satunya didorong penyelenggaraan internasional seperti Asian Games.

Thailand melaporkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,1 persen pada 2018 dibandingkan 3,9 persen pada 2017. Pendorong pertumbuhan ekonomi Thailand adalah pariwisata dan ekspor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com