JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan teknologi telah membuat banyak perubahan positif di berbagai sektor. Hal inilah yang juga disadari oleh Dean Novel (44), petani jagung asal Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Selain petani, Dean juga dikenal sebagai pelaku usaha di bidang pertanian (agripreneur). Saat ini ia sudah bermitra dengan sekitar 7.000 petani jagung dengan luas lahan sekitar 7.000 hektar di NTB.
Dalam bermitra, ia memanfaatkan berbagai teknologi mulai dari GPS hingga software khusus untuk mendukung usahanya.
Saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, Kamis (21/3/2019), Dean menceritakan awal mula pengunaan teknologi yang ia lakukan.
Baca juga: 5 Persoalan Ini Masih Dihadapi Petani Indonesia
Semua berawal dari banyaknya petani yang ingin bermitra dan meminjam uang untuk modal kepadanya. Salah satu syaratnya yakni menyampaikan luas lahan.
Namun tak semua petani jujur. Misalnya mengaku memiliki 2 hektar lahan namun ternyata hanya 1,5 hektar saja. Bagi sebagian orang hal ini kerap dianggap remeh, namun tidak bagi Dean.
Sebab kata dia, hal itu akan sangat terkait dengan kemampuan petani jagung membayar utangnya.
"Mereka sampaikan 2 hekter, kalau kami enggak cek, bahaya itu. Karena ini terkait dengan biaya per hekter," ujarnya.
Dean tak ingin para petani memiliki utang yang tak sesuai dengan kemampuannya. Sebab produksi lahan 2 hektar dan 1,5 hektar tentu akan berbeda. Hal ini berpengaruh kepada besaran pendapatan petani.
Oleh karena itu, Dean selalu menugaskan anggota timnya untuk datang dan mengukur langsung luas lahan petani yang ingin bermitra.
Untuk mendapatkan data yang akurat, Dean memanfaatkan Global Positioning System (GPS) Tracker. Tujuannya untuk menentukan koordinat sebuah objek yang kemudian diterjemahkan ke dalam peta digital.
Dengan GPS Tracker, Dean bisa melihat bentuk dan ukuran pasti lahan yang dimiliki petani binaannya.
"Jadi mau bohong bagaimana lagi? petani enggak bisa lagi bohong (soal lahanya)," kata dia sembari tersenyum.
Baca juga: Bermodal Rp 50.000, Omzet Karyani Kini Setara Pendapatan Anggota DPR
Mulai dari perencanaan, kebutuhan benih, pemupukan hingga hasil produksi. Dengan hitungan itu, modal yang diberikan kepada petani pun disesuaikan.