Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Diserang Sentimen Negatif

Kompas.com - 28/02/2019, 11:39 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah kembali melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (28/2/2019). Rupiah diserang sentimen negatif dari sisi internal dan eksternal.

Mengutip Bloomberg, rupiah pasar spot ke Rp 14.066 per dollar AS atau 0,26 persen dari posisi kemarin Rp 14.030 per dollar AS pada pukul 10.33 WIB

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, beberapa faktor pelemahan rupiah. Di antaranya adalah, ancaman gagal bayar utang AS yang sudah mencapai 22 triliun dollar AS.

Baca juga: Ekonom Prediksi Rupiah Masih Melemah Besok

Mengutip Reuters, saat ini pemerintah AS berusaha meyakinkan Kongres untuk menambah utangnya seiring dengan masa jatuh tempo yang terus mendekat.

"Informasi gagal bayar utang AS ini, menguatkan dollar AS," papar Ibrahim pada Kontan.co.id, Kamis (28/2/2019).

Selanjutnya adalah penyelidikan anti-dumping baja yang dilakukan AS kepada Kanada, Meksiko, dan China.

Departemen Perdagangan AS mengatakan penyelidikan baru anti-dumping didasarkan pada petisi yang diajukan oleh kelompok perdagangan baja AS awal bulan ini.

Baca juga: Rupiah Menguat di Bawah Rp 14.000 Per Dollar AS, Ini Proyeksi Ekonom

Departemen sedang menyelidiki apakah akan meminta bea sekitar 30 persen untuk Kanada dan Meksiko dan 222 persen untuk China sebagai tanggapan terhadap impor harga di bawah harga pasar.

Yang ketiga adalah, semakin alotnya perundingan dagang antara AS dan China. Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang pasti yang dihasilkan oleh kedua belah pihak, sehingga ancaman penghentian perang dagang bisa saja gagal.

Ditambah lagi adalah keadaan geopolitik India dan Pakistan di tingkat regional seputar kondisi politik di negaranya.

Baca juga: BI: Rupiah Menguat karena Masuknya Dana Asing

Sekadar informasi, Pakistan merupakan salah satu negara ekonomi terbesar di kawasan Benua Kuning. Konflik dengan India, sebagai negara pemilik nuklir, membuat mata uang utama Asia berjatuhan di hadapan dollar AS.

Sementara dari sisi internal, Ibrahim berpendapat kondisi politik memasuki Pemilihan Presiden makin memanas. Walau Presiden RI pernah menyatakan Pilpres akan berlangsung damai, beberapa kejadian di daerah yang diakibatkan oleh segregasi pilihan politik mulai bermunculan.

"Salah satunya di Madura dan Yogyakarta. Gesekannya sudah terasa dan ini yang membuat pelaku pasar takut sehingga lebih memilih menaruh uang di dollar AS," jelas Ibrahim.

Baca juga: Kembali Menguat, Rupiah Berada di Kisaran Rp 13.900 Per Dollar AS

Yang terkahir adalah merangkaknya harga minyak dunia. Mengutip data Bloomberg pada pukul 10.00 WIB, harga minyak dunia jenis WTI berada di level 56,92 dollar AS per barel, melemah tipis 0,04 persen dari posisi 56,94 dollar AS.

Sebelumnya harga minyak naik sebesar 0,70 persen dari posisi 55,50 dollar AS per barel ke posisi 56,94 dollar AS per barel.

"Kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, serta menaikan kembali bea impor bahan bakar. Ini tentu mengganggu rupiah," tuturnya.

Ibrahim menilai pelemahan akan berlanjut di level Rp 14.020 per dollar AS-Rp 14.090 per dollar AS pada perdagangan hari ini. (Amalia Fitri)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Rupiah diserang sentimen negatif dari sisi internal dan eksternal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Cek Syaratnya

Work Smart
HM Sampoerna Tunjuk Ivan Cahyadi Jadi Presiden Direktur

HM Sampoerna Tunjuk Ivan Cahyadi Jadi Presiden Direktur

Whats New
Wapres Minta Manfaat Ekonomi Syariah Bisa Dirasakan Masyarakat

Wapres Minta Manfaat Ekonomi Syariah Bisa Dirasakan Masyarakat

Whats New
Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Whats New
Rupiah Tertekan, 'Ruang' Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Rupiah Tertekan, "Ruang" Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Whats New
Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com