Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Senang dan Sedih Susi di Natuna

Susi duduk di batu raksasa di kawasan Batu Sindu, salah satu tempat wisata di Natuna Kepulauan Riau.

Kawasan Batu Sindu terletak di Bukit Senubing. Terdapat banyak bebatuan raksasa yang berada di bibir bukit, langsung menghadap laut.

Mata Susi menatap lekat-lekat hamparan laut di depannya. Laut yang berwarna hijau kebiruan, tembus pandang hingga dasarnya yang dipenuhi gugusan karang dan pasir putih.

Di kejauhan tampak daratan berbukit-bukit yang dilapisi hutan. Gunung ranai yang atasnya tampak berkabut menambah kesempurnaan panorama yang terlihat dari Batu Sindu 

Susi, yang hampir sebagian besar hidupnya bersentuhan dengan laut, tetap saja terkesima. “Saya tak pernah bosan dengan laut. Saya selalu menemukan kebahagiaan di laut. Saya bisa mensyukuri nikmat Allah tatkala berada di laut. Saya bisa mengasah kepekaan hati dan bathin saya di laut. Seminggu saja saya tak ke laut, pusing saya. Kalau mau bunuh saya, gampang, jangan biarkan saya ke laut he..he..” ujar Susi riang.

Susi mengunjungi Natuna dalam rangka kunjungan kerja selama 4 – 8 Agustus 2017. Dari Pontianak Kalimantan Barat, Susi naik kapal pengawas perikanan Orca selama kurang lebih 15 jam menuju Selat Lampa Natuna. 

Selama di Natuna, Susi meninjau perkembangan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Selat Lampa. Susi juga memberikan bantuan kepada nelayan Natuna dalam bentuk premi asuransi, pembayaran klaim asuransi, paket kapal pengangkut ikan, dan paket alat tangkap ikan senilai total Rp 7 miliar.

Susi sempat pula mengunjungi sejumlah desa nelayan dan melakukan patroli dari udara untuk melihat apakah masih ada praktik penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing) di perairan Natuna

Di sela kegiatan resminya, Susi menikmati pantai dan keindahan pulau-pulau kecil yang tak jauh dari Kota Ranai, termasuk Batu Sindu.

“Saya bersyukur masih bisa menikmati keindahan alam dan laut. Dengan menikmati alam, hidup kita menjadi seimbang, pikiran dan hati menjadi satu,” kata Susi sambil menyeruput kopi.

Susi lantas bercerita, bagaimana perubahan besar terjadi di perairan Natuna dalam dua tahun terakhir. Dulu, perairan Natuna merupakan salah satu tempat favorit praktik illegal fishing atau penangkapan ikan yang ilegal, tidak tercatat, dan tidak dilaporkan (IUU fishing). 

Di sisi lain, Natuna yang merupakan daerah terluar di utara Indonesia kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat sehingga berdampak pada minimnya pengawasan.

Dengan kondisi tersebut, ribuan kapal ikan dari Vietnam, Thailand, dan China pun masuk-keluar dengan bebas ke perairan zona ekonomi ekslusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara, yang dulu bernama Laut China Selatan, selama bertahun-tahun.

Kapal-kapal itu berpesta-pora mencuri ikan hingga merugikan negara triliunan rupiah setiap tahunnya. Yang lebih tragis, nelayan-nelayan lokal terpinggirkan karena tak kebagian ikan.

Begitu didapuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pada akhir 2014, Susi pun langsung menyatakan perang dengan praktik illegal fishing di seluruh perairan Indonesia.

Dengan dukungan penuh Presiden Joko Widodo, Susi dan jajarannya pun melakukan gebrakan besar.

Praktik illegal fishing bukan sekadar pencurian ikan biasa. Praktik tersebut erat kaitannya dengan megakongkalikong yang melibatkan pejabat, birokrat, militer, dan pengusaha kakap di negeri ini. Maklum, belum banyak yang tahu bahwa laut menyimpan kekayaan begitu besar. Dengan kongkalikong, kekayaan itu bisa dikeruk dengan membabi-buta secara ilegal.

Ironisnya, mereka semua hanya proksi asing. Hampir semua kapal illegal fishing yang mereka backing merupakan kapal yang dimiliki dan dikendalikan pihak asing. Jadi, asinglah yang paling menikmati kekayaan laut Indonesia.

Berpuluh-puluh tahun, tak ada yang mampu menghancurkan tembok tebal mafia perikanan di laut. Instansi-instansi pengawas perairan bukannya tak pernah menangkap kapal illegal fishing. Namun, kepal-kapal itu terpaksa dilepaskan kembali karena tiba-tiba ada pejabat yang mengintervensi proses hukumnya.

Susi datang dengan misi menghancurkan tembol tebal itu. Dengan keberanian, nasionalisme, konsistensi, dan keteguhannya, Menteri Susi pun melakukan hal-hal yang kemudian dianggap ajaib oleh banyak orang.

Di bawah komandonya, aparat sipil dan militer kompak bahu-membahu dan bekerja keras mengejar dan menangkap kapal illegal fishing.

Para duta besar negara yang nelayannya banyak melakukan illegal fishing dikumpulkannya. Kepada mereka, Susi mengingatkan, mulai saat ini pemerintah akan menegakkan hukum di laut. Para duta besar itu diminta untuk menginformasikan kepada para nelayan di negaranya masing-masing untuk tidak lagi mencuri ikan di perairan Indonesia.

Jika masih ada nelayan asing yang nekad mencuri ikan di perairan Indonesia, Susi menegaskan, pihaknya tak akan ragu-ragu menangkap dan menenggelamkan kapalnya.

Susi juga menemui para pengusaha kakap yang disebut-sebut sebagai mafia perikanan. Susi meminta mereka untuk tidak lagi melakukan illegal fishing dan mengajak mereka mengikuti kebijakan pemerintah saat ini.

Jika mereka masih melakukan illegal fishing, berarti mereka melawan kebijakan pemerintah dan akan berhadapan dengan hukum.

Berkat diplomasi dan bujukannya, semua akhirnya menurut. Para duta besar tak mendebat. Para mafia perikanan berjanji akan menghentikan praktik illegal fishing-nya. 

Susi pun tak asal gertak. Ia membuktikan kata-katanya. Kapal illegal fishing yang tertangkap tangan diledakkan dan ditenggelamkan. Kini sudah 317 kapal illegal fishing ditenggelamkan.

Cerita penenggelaman kapal yang dilakukan pemerintah Indonesia pun bergema ke seluruh dunia. Para pelaku illegal fishing di seluruh dunia bergidik. Mereka tak menyangka, Indonesia benar-benar berani menenggelamkan kapal.

Perairan Indonesia menjadi salah satu yang paling ditakuti. Kendati demikian, dunia tidak marah kepada Indonesia. Mereka justru respek dengan apa yang dilakukan Menteri Susi. Sebab, memang seperti itulah tugas pemerintah yang benar, melakukan pengaturan di laut demi kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan sektor perikanan.

Kini, Indonesia menikmati hasilnya. Ribuan kapal-kapal illegal fishing lenyap dari perairan Indonesia. Kapal pencuri ikan memang masih ada dan niscaya akan tetap ada, namun tak banyak lagi sehingga mudah untuk dilumpuhkan.

Sektor perikanan Indonesia seketika menjadi terang benderang, tak lagi hitam bagai rimba belantara seperti dulu. Kekayaan laut yang dulu dinikmati pihak asing kini dinikmati nelayan dan pengusaha perikanan nasional.

Produk domestik bruto (PDB) sektor perikanan meningkat seiring naiknya tangkapan nelayan dan menggeliatnya bisnis perikanan. Hampir seluruh parameter sektor perikanan membaik sejak diberantasnya kapal-kapal illegal fishing. Penerimaan negara dari pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor perikanan pun meningkat.

Tak hanya mendorong kemajuan sektor perikanan, kebijakan Susi pun menyelamatkan kekayaan triliunan rupiah dari potensi kerugian akibat illegal fishing. Belum lagi penyelamatan keuangan negara triliunan rupiah akibat kerugian dari bahan bakar minyak (bbm) yang dipakai oleh kapal-kapal illegal fishing.

Susi tak melanjutkan ceritanya. Sekonyong-konyong ia terdiam sambil tetap memandang laut. Matanya berkaca-kaca.

“Saat ini saya sangat bahagia melihat Natuna. Tapi secara bersamaan, saya juga sedih. Senang dan gembira seperti menyatu saat ini,” katanya kemudian.

Susi senang karena nelayan-nelayan Natuna bisa berdaulat di negeri sendiri. Namun ia juga sedih karena tak semua orang bersyukur atas pencapaian tersebut.

Masih saja ada pihak-pihak yang mempertanyakan kenapa kapal-kapal illegal fishing harus ditenggelamkan.

Pihak-pihak itu tidak sadar bahwa penenggelaman kapal lah yang membuat kapal-kapal illegal fishing takut untuk mencuri ikan dari perairan Indonesia. Lebih dari itu, penenggelaman kapal merupakan simbol dari berdaulatnya sektor perikanan Indonesia.

Kedaulatanlah yang akan membawa sektor perikanan tumbuh berkelanjutan dan mensejahterakan. Tanpa kedaulatan, sektor perikanan Indonesia akan mati, seperti dulu.

Susi juga sedih karena masih ada pihak-pihak yang mempertanyakan apa langkah lanjutan Susi setelah pemberantasan illegal fishing, seolah-olah apa yang dikerjakan Susi dan jajarannya tiada artinya.

Pihak yang bertanya tersebut seolah tak menyadari bahwa kini semangat para nelayan untuk melaut kembali bangkit karena mereka kini yakin laut bisa diandalkan sebagai sumber penghasilan mereka dan anak cucu di kemudian hari.

“Nelayan dan masyarakat kini bisa melihat bahwa laut adalah masa depan bangsa. Itulah yang dicita-citakan Presiden Jokowi dan bangsa ini,” katanya.

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/10/155329826/senang-dan-sedih-susi-di-natuna

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke