"Tempat kayak begini agak sulit difranchise. Bukan enggak mau, tapi enggak bisa menurut aku," kata pria yang akrab disapa Tyo tersebut, kepada Kompas.com, di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Jumat (1/9/2017).
Tyo menjelaskan, "Tuku" tak dapat dinilai dari rasa kopi nya saja. Melainkan, lanjut dia, banyak value yang dikemas dalam segelas kopi "Tuku".
Untuk menjaga konsistensinya, Tyo memilih tidak mengembangkan usahanya dengan membuka franchise.
(Baca: Habis Ribuan Gelas Tiap Hari, Berapa Omzet yang Diraih Kopi Tuku?)
"Mending membuat brand baru dengan soul yang lebih baik, maka perkembangan akan lebih bagus. Kalau brandnya itu-itu saja kan enggak seru," kata Tyo.
Saat ini, kopi Tuku sudah tersebar di tiga outlet di Jakarta. Yakni di Cipete, Pasar Santa, dan Bintaro.
Tyo juga akan membuka head quarter office di Antasari. Keseluruhan outlet tersebut dikelola oleh Tyo.
Menu andalan yang disajikan oleh kedai Tuku adalah "Es kopi susu Tetangga", yakni perpaduan latte dengan manisnya gula aren.
(Baca: Ingat Kopi Tuku yang Dibeli Jokowi? Ini Kisah Sang Pemilik di Balik Kesuksesannya)
Selain itu, Tuku juga menjual beberapa jenis minuman kopi lainnya, seperti Cappuccino. Namun, menurut Tyo, penjualan Es Kopi Susu Tetangga 50 persen lebih tinggi dibanding menu minuman dan makanan lainnya.
"Paling kami cuma mau mengeluarkan produk baru. Kami roasting semuanya sendiri dengan memperbesar dapur. Arah (produk baru) masih ke kopi hitam dingin gitu sih," kata Tyo.
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/07/124623326/bisnis-kopi-tuku-berkembang-pesat-owner-tak-tergoda-buka-franchise