Meskipun demikian, Bank Indonesia (BI) meyakini nilai tukar rupiah akan kembali menguat. Alasannya, selisih suku bunga antara negara maju dan negara berkembang, termasuk Indonesia, masih sangat besar.
Menurut Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo, selisih suku bunga yang besar itu membuat penempatan modal di negara berkembang seperti Indonesia masih sangat menarik.
"Itu yang harusnya menjadikan kita cukup optimis. Artinya, secara fundamental tidak ada isu atau pelemahan," kata Dody pada acara Economic and Banking Outlook di Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Bank Indonesia berharap pelemahan nilai tukar rupiah tidak akan berlangsung lama. Hal ini didukung kejelasan mengenai kenaikan suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR) yang akan terjadi satu kali lagi pada Desember 2017.
Selain itu, The Fed juga akan menurunkan neraca atau balance sheet-nya pada Oktober 2017. Semua perkiraan tersebut, imbuh Dody, sudah diperhitungkan oleh pasar.
Walaupun cenderung melemah, namun Bank Indonesia tidak akan merevisi target nilai tukar rupiah pada tahun depan yang berada di kisaran Rp 13.400 hingga Rp 13.700 per dollar AS.
Tercapainya target itu bergantung pada kemampuan Indonesia mengelola kondisi eksternal yang memengaruhi rupiah.
"Selama kita positif dan bisa ekspor, di tahun depan juga positif," ungkap Dody.
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/05/151614126/bi-yakin-rupiah-akan-kembali-menguat
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan