BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Garda Oto
Salin Artikel

Digitalisasi Itu Kekinian, Bahkan Dalam Berasuransi

KOMPAS.com – Perkembangan teknologi dan internet yang begitu pesat telah membuat digitalisasi menjadi hal yang kekinian. Ini terjadi karena kemudahan yang ditawarkan layanan berbasis digital telah mengubah gaya hidup masyarakat.

Akademisi dan praktisi bisnis, Rhenald Kasali, mengatakan, peralihan gaya hidup tersebut akan membawa dunia dan Indonesia menuju era digitalisasi ekonomi. Perusahaan-perusahaan baru berbasis layanan digital pun muncul dan dengan cepat mendapat tempat di hati masyarakat.

“Saat ini, semua industri tengah bertarung menghadapi lawan-lawan baru yang tak terlihat, tetapi tiba-tiba menjadi besar. Bahkan, bisa langsung masuk ke rumah-rumah konsumen, dari pintu ke pintu, secara online, melalui smartphone,” ujar Rhenald seperti tertulis di Kompas.com, Kamis (2/5/2017).

Digitalisasi memang sudah tak bisa dibendung lagi. Presiden Jokowi pun mengajak masyarakat dan semua pihak di negeri ini untuk terbuka sekaligus berkompetisi dengan layanan digital, bukan malah menolaknya.

"Kita lihat ada Go-Jek, Uber, Traveloka, Bukalapak, dan ini akan lebih cepat lagi yang berkaitan dengan dunia digital ekonomi. Digital ekonomi tidak bisa kita hambat-hambat lagi," kata Jokowi, seperti dimuat Kompas.com pada Kamis (30/3/2016).

Pemerintah, lanjut Jokowi, juga telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mendukung digitalisasi ekonomi. Salah satunya dengan membuat dan mengubah regulasi atau undang-undang yang ada.

Bahkan, dalam laman setkab.go.id, Kamis (18/2/2016), pemerintah mempunyai visi menjadikan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Lewat visi ini, pemerintah memasang target untuk mendapatkan 130 miliar dollar AS pada 2020.

Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah telah meluncurkan e-commerce roadmap dan 10 paket kebijakan ekonomi, serta fasilitas akses pembiayaan UMKM dan perusahaan teknologi informasi (TI) baru.

Digitalisasi asuransi

Kini perlahan tetapi pasti, industri-industri konvensional sudah mulai membuka diri, bahkan punya layanan digital. Salah satunya adalah industri asuransi.

Hasil survei PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia yang dipublikasi Kontan, Selasa (31/5/2016) mengatakan, sebanyak 90 persen perusahaan asuransi dalam negeri mengaku akan bertransformasi melalui pengembangan infrastruktur TI dalam waktu 18 bulan mendatang.

Fakta tersebut menunjukkan betapa tingginya kesadaran perusahaan asuransi untuk beralih ke era digital.

Salah satu yang sudah bertransformasi adalah Asuransi Astra dengan layanan Garda Oto Digital.

Saat ini, layanan perlindungan untuk kendaraan itu telah mempunyai program bertajuk #MakinGampang. Pengguna bisa mengakses program tersebut melalui laman gardaoto.com.

Tren teknologi asuransi ke depan

Tercatat akan ada 6 kunci teknologi yang menjadi tren digitalisasi di industri ini, seperti dibahas dalam laman bain.com pada Senin (20/3/2017),

Pertama, infrastruktur dan produktivitas. Banyak perusahaan asuransi akan mempertimbangkan menggunakan jaringan cloud computing atau komputasi awan sebagai opsi terbaik dalam pemprosesan, pengumpulan, dan penyimpanan data.

Mereka juga dapat menggunakan co-authoring dan video call sebagai alat untuk memacu produktivitas dalam bekerja. Dengan co-authoring, sebuah dokumen yang sama bisa dibuka dan dikerjakan bersama-sama, walau menggunakan perangkat dan platform berbeda.

Kedua, teknologi penjualan online. Lewat inovasi ini, perusahaan asuransi dapat menargetkan, mengidentifikasi, dan menganalisis kelompok pengguna atau pelanggan.

Ketiga, advanced analytics atau analisis lebih mendalam. Dengan teknologi ini, perusahaan asuransi dapat mengetahui data lebih detail tentang kebutuhan dan preferensi dari konsumen atau pelanggan.

Perusahaan pun bisa memanfaatkan data dari teknologi ini untuk membantu mengatasi kecurangan sebuah klaim asuransi.

Keempat, machine learning. Melalui teknologi ini, semua sistem informasi akan terkumpul menjadi sebuah data baru, tanpa perlu pemograman ulang.

Penyedia jasa asuransi pun dapat menggunakan teknologi itu untuk membuat laporan pertanggungjawaban, daftar harga, dan mengelola klaim polis asuransi.

Kelima, internet of things (IoT). Pengaplikasian teknologi ini akan berbentuk perangkat yang dapat dipasang di mobil, rumah, dan gedung. Dengan begitu, perusahaan asuransi dapat mengetahui data penggunaan barang-barang yang diasuransikan.

Nanti alat tersebut akan menganalisis sensor yang dikeluarkan sehingga dapat mengetahui detail data kebiasaan konsumen dalam menggunakan fasilitas tersebut. Jadi, apabila ada kebiasaan yang berbahaya, mereka bisa mengingatkan kepada konsumen sehingga dapat mengurangi terjadinya kecelakaan dan klaim.

Keenam, virtual reality (VR). Kepopuleran Pokemon Go di dunia telah menggaungkan kembali penggunaan teknologi ini. Perusahaan asuransi nanti dapat mengadopsi VR untuk proses pembuatan laporan pertanggungjawaban terhadap klaim.  

Jadi nanti, misalnya, penyedia layanan asuransi dapat menggunakan VR untuk membuat gambar tiga dimensi dari sebuah ruangan atau merekonstruksi sebuah kecelakaan secara detail.

Dengan teknologi-teknologi tersebut, asuransi pun bisa menjadi hal yang kekininan, seperti yang salah satunya kini disuguhkan Garda Oto.


https://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/27/162200026/digitalisasi-itu-kekinian-bahkan-dalam-berasuransi

Terkini Lainnya

Bagikan artikel ini melalui
Oke