Menurut dia, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menguntungkan warga kelas atas.
"Setidaknya dalam 10 tahun terakhir, berbagai data menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi kita sebenarnya hanya menguntungkan 20 persen warga terkaya saja, di mana 80 persen sisanya, yang mencakup sekitar 205 juta penduduk, tetap tertinggal di belakang," ujar Fadli Zon dalam keterangannya, Sabtu (28/10/2017).
Politisi Partai Gerindra ini menuturkan, saat ini pertumbuhan pendapatan 10 persen orang terkaya Indonesia tiga kali lipat lebih cepat ketimbang pertumbuhan 40 persen warga termiskin.
"Itu sebabnya, dalam rentang 2013 hingga 2015 yang lalu, angka koefisien gini kita mencapai 0,41, sebuah rekor ketimpangan tertinggi sepanjang sejarah. Tahun ini, angka koefisien gini kita memang turun ke angka 0,39, tetapi karena kelas menengah menurun income dan konsumsinya. Itu bukan realitas yang bagus," tutur dia.
Oleh karena itu, Fadli Zon meminta kepada siapapun untuk memandang serius masalah ketimpangan.
"Jadi, kalau dulu problem persatuan kita lebih bersifat kultural, maka kini problemnya menjadi bersifat struktural. Itu sebabnya kita harus memperhatikan isu keadilan dan kesetaraan secara serius, karena pertaruhannya bisa sangat mahal," pungkas dia.
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/28/145641026/peringati-hari-sumpah-pemuda-fadli-zon-soroti-masalah-ketimpangan