Gerai Lotus yang sudah berdiri selama puluhan tahun itu juga disebut sebagai salah satu ritel yang melegenda, karena tetap beroperasi dan bertahan hingga akhirnya tutup karena merugi terus-menerus.
CEO Sogo Department Store Handaka Santosa dalam sebuah diskusi di Hotel Ibis, Jakarta Barat, Rabu (1/11/2017) sempat mengungkapkan beratnya memutuskan untuk menutup Lotus.
Saat ditanya tentang sejumlah kemungkinan, Handaka menanggapi pertanyaan mungkinkah Lotus dibuka kembali nanti.
(Baca: "Bisnis Ritel Enggak Ada Matinya!")
"Nanti kalau memang keadaan membaik, kenapa enggak (buka Lotus lagi)? Kan nilai historinya, saya cerita kan, 27 tahun lalu kami buka," kata Handaka kepada pewarta.
Handaka menjelaskan, gerai Lotus dibuka pada tahun 1989 silam. Meski telah beroperasi selama hampir 30 tahun, belakangan laporan keuangan Lotus tercatat buruk dan jika dibiarkan, lama-kelamaan bisa memengaruhi pendapatan perusahaan yang menaunginya, yakni PT Mitra Adiperkasa (MAP).
"Itu bukan keputusan yang mudah, tapi kami harus ambil keputusan supaya perusahaan bisa berkembang," tutur Handaka.
Gerai ritel lain di bawah PT MAP, yakni Debenhams, juga akan mengalami nasib yang sama dalam waktu dekat.
Namun, gerai seperti Sogo justru akan berekspansi dengan membuka gerai baru, salah satunya di Supermall Karawaci, Tangerang, pada 5 November 2017 mendatang.
Fenomena ditutupnya ritel-ritel ternama itu dianggap Handaka sebagai hal yang biasa. Dari kacamata pengusaha, penutupan gerai seperti Lotus dan Debenhams termasuk strategi bisnis yang harus diambil dengan memperhitungkan berbagai macam kondisi, di antaranya perilaku konsumen dan daya beli masyarakat kini.
"Kami kan tetap harus ada pertumbuhan di sales dan profit. Ini masalah yang lumrah, kalau tidak menghasilkan ya tutup," ujar Handaka.
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/02/092249926/bisakah-ritel-modern-lotus-di-sarinah-beroperasi-lagi