Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Inovasi yang Melokal, Kunci Kesuksesan Startup di Asia Tenggara

  • Pada 2017, perusahaan teknologi di Asia Tenggara meraih 6,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 88 triliun dalam laporan penyertaan modal, meningkat dua kali lipat dibandingkan pada 2016.
  • Saat menjalankan bisnis dengan konsep dasar yang sama, perusahaan startup teknologi di Asia Tenggara semakin berkembang dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap konteks lokal.
  • Ketika perusahaan-perusahaan di negara Barat bersaing dengan perusahaan-perusahaan Asia Tenggara di negara asal mereka, beradaptasi dengan konteks lokal telah menjadi cara untuk terus berinovasi.


QUANG Khai, Wakil Presiden Eksekutif perusahaan raksasa asal Vietnam, VNG (dulunya bernama Vinagames) telah membuat debut publiknya dengan tipikal gaya "teknologi".

Saat menjadi mahasiswa jurusan ilmu komputer, Quang pernah mencoba untuk meretas jaringan perusahaan teknologi terbesar di Vietnam, FPT.

Peretasan tersebut menarik perhatian petinggi FPT, yang sangat terkesan dengan kemampuan teknik Quang Khai, hingga kemudian dia dipekerjakan di sana saat itu juga.

Berbicara tentang kejadian tersebut bertahun-tahun kemudian, Quang yang kini berusia 38 tahun mengklaim bahwa, "Saya dulu tidak 'nakal'. Saya hanya ingin menyelidiki sistem tersebut, murni hanya karena rasa penasaran."

Saat ini, Quang Khai menjadi bagian dari pimpinan sebuah perusahaan yang memiliki lebih dari 2.000 karyawan dan diproyeksikan dapat menghasilkan lebih dari 180 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,4 triliun pada 2017.

Perusahaan tersebut mungkin segera menjadi perusahaan terbuka Vietnam pertama di luar negeri, setelah mengajukan penawaran saham perdana di New York City pada awal tahun ini.

Salah satu produk utama VNG adalah aplikasi pesan Zalo yang dikembangkan sendiri oleh Quang Khai. Aplikasi ini telah memiliki lebih dari 70 juta pelanggan.

“Ibu saya adalah seorang penjual jam, sedangkan ayah saya seorang kritikus sastra, jadi dulu kami memiliki perpustakaan besar di rumah. Saya menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku. Kedua orangtua saya sangat sibuk, jadi saya hanya bermain sendiri dengan perangkat-perangkat yang saya miliki," kata Quang.

“Ketika saya masih muda, salah satu dawai yang saya mainkan adalah konsol gim Nintendo. Saya pergi ke toko rental dan menyewanya per jam,” paparnya.

Tumbuh di masa Doi Moi, reformasi menuju dimulainya liberalisasi ekonomi Vietnam, Quang Khai adalah bagian dari generasi yang melihat pesatnya perkembangan teknologi baru.

"Komputer pertama yang saya lihat ada di dalam sebuah bank. Pada saat itu, bank-bank masih sangat baru di Vietnam. Saya masuk ke sana dan melihat banyak orang duduk di depan komputer dan bekerja dengan alat itu. Itu membuatku terpesona," katanya.

“Pada 1992, orangtua saya membelikan saya komputer pertama saya. Harganya 1.200 dollar AS atau sekitar Rp 16.254.000 (kurs saat ini). Ibu saya mengatakan bahwa harganya setengah dari harga sebuah apartemen,” kenang Quang.

Pada 1996 setelah lulus dari sekolah menengah atas, Quang Khai melanjutkan kuliah jurusan teknologi informasi di University of Hanoi. Di sanalah Quang memelajari intranet, sebuah jaringan lokal yang tidak terhubung ke jaringan di seluruh dunia.

"Sebelum intranet, saya hanya dapat berkomunikasi dengan orang-orang di kota yang sama. Sistemnya sangat terbatas. Tetapi dengan intranet, seratus orang bisa terhubung ke Hanoi, seratus lainnya ke Saigon. Dua ratus orang dari dua kota yang berbeda dapat berkomunikasi bersama. Sebelumnya, hal itu tidak mungkin dilakukan. Itu sangat luar biasa," kata Quang.

Baru pada 1998, Quang Khai dapat memperoleh akses ke internet global. Saat itu, Quang telah bekerja dengan FPT.

"Saya bekerja untuk menulis keseluruhan sistem yang belum dikembangkan di internet, jadi semua orang dapat terhubung dengan itu dan bukan hanya orang-orang dengan sistem khusus mereka. Saya adalah orang pertama di Vietnam yang bekerja dengan internet," Quang menekankan.

Setelah lulus sarjana, Quang Khai bekerja selama empat tahun dan kemudian mendapatkan beasiswa kuliah di Columbia University, New York, untuk mengambil gelar master. Sekembalinya dari kuliah pascasarjana, Quang bergabung dengan VNG yang dulunya bernama Vinagames.

Quang Khai mulai membuat layanan online seperti layanan musik, Zingmp3 dan jejaring sosial, Zingme. Baru pada 2012, Quang mulai mengerjakan aplikasi andalan VNG, Zalo.

"Itu adalah perjuangan yang berat karena pada awal 2013, aplikasi Wechat telah memiliki satu juta pengguna dan Line sangatlah kuat. Kami perlu memilih mana yang menguntungkan kami sendiri dan bermain di area kami," papar Quang.

"Itu satu-satunya kesempatan kami untuk bertahan. Layanan mobile internet di Vietnam masih belum cukup stabil. Jadi, kami fokus membuat Zalo yang cepat dengan hasil terbaik. Kami ingin memastikan bahwa saat Anda mengirim pesan, maka penerima akan mendapatkannya dalam waktu sesingkat mungkin," kata Quang.

Terkadang Quang ingin menambahkan lebih banyak fitur. "Namun, saya bersikeras bahwa kami perlu fokus pada kecepatan. Bahkan alangkah baiknya jika kami dapat membuatnya berjalan seperseribu detik lebih cepat," ujar Quang.

Empat tahun kemudian, dengan lebih dari 35 juta pengguna aktif, Zalo mendominasi pasar Vietnam.

Cara Zalo menuju kesuksesan dengan beradaptasi terhadap lingkungan setempat merupakan cerita yang telah dikenal di seluruh Asia Tenggara.

Saat ini, para analis memperkirakan perusahaan tersebut bernilai lebih dari 3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 40 triliun.

Dalam lingkup yang lebih kecil, di Filipina ada Xeleb, yang membuat sebuah gim berdasarkan karakter para selebriti di negara tersebut.

Sebaliknya, perusahaan raksasa Amerika Serikat, Uber yang pada awalnya seperti akan mendominasi pasar Amerika Serikat, bendera keberuntungannya justru ternoda dengan beberapa kasus pelanggaran undang-undang setempat, menyinggung para serikat pekerja, dan dianggap seperti "asing".

Dari Zalo hingga Xeleb, para inovator dari Asia Tenggara sedang mencoba menaklukan persaingan dengan berpegang pada sebuah mantera yang tidak pernah mati yakni, konteks adalah raja.

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/12/11/195849226/inovasi-yang-melokal-kunci-kesuksesan-startup-di-asia-tenggara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke