Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa pihaknya terbuka untuk imbal dagang menggunakan komoditas derivatif atau hasil pengolahan yang memiliki nilai tambah. Namun tidak akan memakai komoditas mentah yang harganya murah.
"Misalnya (pakai) karet, saya tidak mau jual karet mentah. Lalu kalau crude palm oil (CPO) juga boleh, tapi derivatifnya," ujarnya usai Seminar Quo Vadis Digital Ekonomi Indonesia, Rabu (21/2/2018).
"Saya juga menawarkan furniture dan kopi yang sudah diproses, bukan mentah," imbuhnya.
Menurut Enggar, sapaan akrab Enggartiasto, tawaran imbal dagang menggunakan komoditas mentah cukup adil.
Pasalnya Indonesia bukan membeli onderdil pesawat dari Rusia, melainkan barang jadi yang sudah memilki nilai tambah.
"Saya sampaikan ke Rusia ini kan beli pesawat terbang, jadi saya akan negosiasi soal (memakai komoditas) yang sudah diberi nilai tambah," terangnya.
Saat ini pemerintah dalam tahap menyiapkan kontrak imbal dagang tersebut. Rencananya Indonesia akan memberikan daftar mengenai komoditas yang dimiliki, sedangkan Rusia memilih komoditas apa saja yang dibutuhkan.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto memastikan bahwa RI telah sepakat dengan Rusia terkait imbal beli atau barter pesawat tempur Sukhoi dengan komoditas Indonesia.
"Sudah (sepakat dan sudah ditandatangani)," ujar Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (19/2/2018) lalu.
Harga pembelian 11 Sukhoi SU-35 dari Rusia mencapai 1,14 milar dollar AS atau Rp 15,3 triliun dengan kurs 1 dollar AS sama dengan Rp 13.500.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/22/084514726/mendag-tak-akan-barter-sukhoi-dengan-komoditas-mentah