"Selama ini kita lebih banyak (berdagang ke Afrika) seperti yang disampaikan Menlu (Retno Marsudi). Peningkatan volume perdagangannya luar biasa," kata dia, di aula Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) di Bali, Selasa (10/4/2018).
Wapres Kalla mengatakan bahwa berdasarkan data 2017, perdagangan antara Indonesia dan Afrika masih kecil mencapai 8 miliar dollar AS atau naik 15 persen dibanding 2016. Namun volume perdagangan naik signifikan.
Misal ke Liberia naik 284 persen. Sementara ke Comoros naik 268 persen, ke Gabon aik 215 persen, ke Togo naik 105 persen, ke Burundi naik 105 persen dan ke Cabo Verde naik 100 persen.
"Bidangnya, dari pesawat terbang sampai Indomie. Ada kapal, kereta api dan berbagai macam. Di forum ini, daripada orang Afrika ke Tanah Abang, lebih baik kita kirim (ekspor)," ujar Wapres.
Pemerintah saat ini sedang melihat komposisi baya logistik untuk ekspor ke sejumlah negara di Afrika, sebab besaran ekspor ke sana masih tergantung negara yag dituju.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menambahkan, pihaknya sangat optimistis dengan potensi ekspor ke Afrika. Afrika bagi Kementerian Perdagangan (Kemendag) adalah pasr baru di luar pasar ekspor tradisional.
"Oleh Presiden (Joko Widodo/Jokowi) kita dikejar melakukan peningkatan ekspor melalui perjanjian perdagangan. Afrika merupakan benua dengan banyak negara pasar no-tradisional dengan peningkatan perdagangan yang tajam sekali," paparnya.
Sekadar informasi, berdasarkan catatan Kemendag, total perdagangan Indonesia dengan Afrika pada 2017 mencapai 8,85 miliar dollar AS. Nilai ini meningkat sebesar 15,49 persen dibanding tahun sebelumnya. Produk-produk yang diekspor ke Afrika diantaranya minyak kelapa sawit, tekstil dan produk tekstil, kertas, sabun, dan kopi.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/10/131122826/indonesia-ke-afrika-dari-pesawat-terbang-sampai-indomie