Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Intan Paramaditha Berjuang Menerbitkan Buku di Luar Negeri

Tulisan Intan sendiri dikenal kaya akan nilai-nilai feminisme, karena dirinya memiliki ketertarikan dengan isu gender, seksualitas, budaya, dan politik.

Kompas.com berkesempatan untuk berbicara lebih jauh dengan Intan mengenai perjuangannya dalam menerbitkan kedua bukunya, Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu (The Wandering) dan Apple and Knife.

Kedua buku itu akan diterbitkan oleh Penerbit Harvill Secker dari grup Penguin Random House UK pada tahun 2019 nanti.

Agen sastra dan penerbit indie

Seiring dengan proses pembelian hak cipta kedua bukunya oleh Harvill Secker, Intan bercerita proses penerbitan karyanya bermuara pada tahun 2015, ketika salah seorang rekannya, Stephen Eipstein mengerjakan terjemahan bukunya yang berjudul Apple and Knife. Kemudian di akhir tahun 2016 keduanya mulai untuk mencari penerbit.

"Stephen menawarkan Apple and Knife ke beberapa penerbit di Australia dengan asumsi lebih mudah secara logistik karena Saya tinggal di Australia dan Stephen di New Zealand," ujar Intan ketika dihubungi Kompas.com Jumat (6/4/2018).

Beberapa kali penerbit menolak karena memang tidak banyak penerbit yang mau untuk menerbitkan buku kumpulan cerpen.

Hingga akhirnya Intan bertemu dengan penerbit Brow Books, divisi majalah sastra The Lifted Brow.

Hal itu berawal saat Stephen mengirimkan cerpen Intan kepada The Lifted Brow.  Editor The Lifted Brow pun menanyakan tentang kemungkinan adanya kumpulan cerpen yang bisa diterbitkan untuk Brow Books.

Pada Mei 2017, kesepakatan untuk menerbitkan Apple and Knife oleh Brow Books dibuat dan dijadwalkan terbit di 2018.

Untuk biaya penerjemahan, Brow Books melamar hibah pada LitRi (Program Bantuan Dana Penerjemahan) yang diselenggarakan oleh Komite Buku dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Kemudian, pada perhelatan Ubud Writers & Readers Festival 2017, Intan bertemu dengan agen sastra Kelly Falconer dari Asia Literary Agency yang mendapat contoh cerpen-cerpennya dari John McGlynn (Lontar Foundation).

Kelly menawarkan untuk mempresentasikan cerpen-cerpen Intan kepada beberapa penerbit.

Intan bercerita pada awal tahun 2018, Kelly pun mulai mencoba mencari penerbit untuk Apple and Knife dan Gentayangan (The Wandering). 

Di akhir Februari, penerbit Harvill Secker dari grup Penguin Random House UK, menawarinya kontrak yang isinya Harvill Secker akan menerbitkan Apple and Knife di tahun 2019 untuk wilayah Inggris Raya dan Persemakmuran (di luar Australia & New Zealand karena ini sudah diterbitkan oleh Brow Books).

Novel Gentayangan akan diterbitkan pertama kalinya oleh Harvill Secker di tahun 2020 untuk Inggris Raya dan Persemakmuran (termasuk Australia & New Zealand).

"Jadi intinya memang agen sastra memegang peran penting. Tetapi pada saat yang sama, saya juga banyak dibantu oleh penerbit indie Brow Books yang berani ambil risiko," ucapnya.

Brow Book berani mengambil risiko meski Intan tidak diwakili agen, dengan membuat kumpulan cerpen yang cenderung dianggap tidak punya pasar ketimbang novel, dan karya Intan sendiri belum pernah mereka baca.

Wadah eksperimentasi

Intan mengatakan, menjamurnya penerbitan independen (indie) di Indonesia belakangan ini adalah hal yang baik. Dia percaya bahwa penerbitan indie dapat menjadi wadah eksperimentasi karya-karya yang tidak mendapat tempat di penerbit arus utama (mainstream).

"Penerbit saya di Australia, Browbooks, adalah contoh penerbit kecil macam ini," ucap Intan.

Lebih lanjut Intan mengatakan, penerbit Indie juga dapat menjangkau pasar internasional jika dapat menempatkan diri di dalam jaringan.

"Kuncinya adalah mengemas karya dengan sebaik-baiknya, cari penerjemah yang baik, tempatkan diri dalam jaringan baik lewat pameran buku atau festival sastra, dan artikulasikan karya dengan baik," sebut dia.

Khawatir terhadap Indonesia

Saat Kompas.com meminta pendapatnya terkait industri buku, Intan mengaku dirinya tidak mengkhawatirkan perindustrian buku di Indonesia.

"Saya lebih mengkhawatirkan Indonesia yang makin lama makin konservatif ," ujarnya.

Bagi dia, selama buku-buku di Indonesia masih bersifat apolitis, menjual mimpi, dan menyodorkan standar moral tertentu tanpa memberikan kesempatan kepada pembacanya untuk berpikir kritis, di situlah letak permasalahan yang sebenarnya.


https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/20/225400126/kisah-intan-paramaditha-berjuang-menerbitkan-buku-di-luar-negeri

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke