Belanja negara ditetapkan berdasarkan pelaksanaan program-program yang direncanakan oleh pemerintah sehingga bersifat pasti.
Sementara itu, pendapatan negara dari pajak dan bukan pajak masih bersifat perkiraan karena sangat tergantung dari geliat ekonomi secara nasional maupun global.
Apabila belanja negara jumlahnya lebih besar dari pendapatan negara, maka terjadi defisit yang harus ditutupi melalui instrumen pembiayaan.
Pembiayaan bisa dari pinjaman melalui lembaga keuangan internasional atau melalui penerbitan surat utang negara/obligasi. Pembiayaan atau utang inilah yang seringkali menjadi perhatian masyarakat dan kerap menjadi diskusi publik.
Hal yang menjadi pokok bahasan utama biasanya adalah karena jumlahnya yang sangat besar dan yang selanjutnya adalah kemampuan negara dalam membayar utang tersebut.
Terlepas dari semua itu, belum banyak masyarakat yang menyadari tentang posisi utang sebagai kebijakan fiskal yang harus ditempuh oleh pemerintah.
Sama dengan pajak, utang tidak populer di mata masyarakat, namun masyarakat belum menjadi bagian dalam solusi pengelolaan keuangan negara.
Untuk menjadi bagian dari solusi, masyarakat umum dapat membantu pemerintah sekaligus berinvestasi melalui instrumen pembiayaan negara dalam bentuk obligasi yang ditawarkan kepada individu/perseorangan yang salah satunya adalah Saving Bond Retail (SBR).
Disebut ritel karena obligasi ini dapat dibeli oleh masyarakat umum melalui agen penjualan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Selain sebagai alternatif pembiayaan negara, SBN Ritel ini juga menjadi cara lain dalam berinvestasi bagi masyarakat. Investasi ini lebih pasti karena pembayaran bunga/imbalan dan pelunasan/pembelian sepenuhnya kembali dijamin oleh Pemerintah.
Untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat, sampai dengan tanggal 25 Mei 2018 ini pemerintah membuka penawaran SBR seri SBR003 dengan harga yang terjangkau, yaitu minimum pemesanan Rp 1 juta.
Melalui suku bunga yang lebh tinggi dari deposito perbankan, sebesar 6,8 persen, SBR003 ini juga dapat dibeli secara online melalui platform e-SBN yang praktis dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Segmen yang menjadi sasaran pemerintah kali ini adalah generasi muda atau yang biasa disebut kaum milenial.
Oleh karena itu, agen penjual atau mitra distribusi yang dilibatkan selain bank dan perusahaan efek juga melibatkan perusahaan keuangan yang bergerak di bidang FinTech yang dapat diakses secara online.
Salah satu ciri kaum milenial saat ini adalah kedekatan mereka terhadap teknologi, sehingga strategi penjualan secara online diharapkan dapat efektif mendekatkan instrumen pembiayaan ini kepada para generasi muda.
Kementerian Keuangan melalui Ditjen Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko dan bekerja sama dengan mitra distribusi juga telah mengundang beberapa influencer dan selebgram yang berpengaruh bagi kaum muda ketika melakukan penjualan perdana.
Melalui aplikasi e-SBN, mereka secara langsung melakukan praktik pemesanan perdana SBR003 yang disediakan oleh mitra distribusi.
Mereka adalah Giring Ganesha, Poppy Bunga, Donny Damara, Nabila Syakieb, Alain Tandi, Tina Toon, Ernanda Putra, Hamidah Rachmayanti, dan Paramitha Astari.
Pemerintah mengharapkan akan banyak kaum milenial yang melalukan investasi di SBR003 dan juga sekaligus berperan serta menjadi bagian dari solusi bagi pembiayaan pembangunan. Dengan keikutsertaan para kaum milenial ini, perlahan tapi pasti akan tumbuh kesadaran dalam memahami APBN.
Generasi muda perlu banyak tahu tentang APBN, terutama dalam gambaran secara utuh sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat.
Mereka yang akan meneruskan tongkat estafet pembangunan RI di masa yang akan datang, diharapkan dapat melek APBN sehingga dapat peduli, memahami dan mengawasi APBN.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/20/165024026/sbr003-menjadi-bagian-dari-solusi-untuk-pembiayaan-pembangunan