Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indeks Saham Terendah Diprediksi Terjadi pada Agustus-September

"Indeksnya mungkin hit bottom di Agustus- September. Tapi tahun sesudah pemilu, positif," ujar Hans di Jakarta, Kamis (12/7/2018).

Hans menilai indeks mulai tertekan dan bergerak ke bawah sejak Mei. Biasanya di awal tahun indeks masih tinggi karena melihat laporan keuangat tahun lalu. Kemudian, memasuki kuartal I pada April, akan terlihat laba dan ruginya. Seelahnya indeks mengalami fluktuasi dan mencapai bottomnya pada September.

"Bottom sekitar 5.400. Mungkin akan sampai September bottomnya," kata Hans.

Baru setelah itu, indeks merangkak naik. Meski begitu, pola tersebut tak selalu sama setiap tahunnya. Hans mengatakan, biasanya periode investasi pada September, Oktober, hingga Maret tahun berikutnya lebih positif dari bulan-bulan setelahnya.

Meski begitu, faktor eksternal yang akan mempengaruhi pergerakan indeks saham tetap perlu diperhitungkan.

"Masih melihat gonjang ganjing global. Perang dagang tidak tahu sampai kapan. Faktor suku bunga lebih bisa diprediksi. Faktor perang dagang tidak bisa diprediksi," kata Hans.

Hans memprediksi indeks sektoral yang masih tetap menjadi primadona yakni untuk infrastruktur dan konstruksi. Sebab, perhatian pemerintah pada sektor tersebut sedang tinggi-tingginya ditandai dengan pembangunan infrastruktur di mana-mana.

Selain itu, sektor finansial juga masih aman. Ia memandang Jasa Marga, Telkom, dan PGN mernjadi perusahaan yang masih memiliki peluang besar di tengah ketidakpastian pasar.

"Pasar saham terkait infrastruktur masih menjanjikan. Telekomunikasi seperti internet juga masih berpeluang besar," kata dia.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/13/084500926/indeks-saham-terendah-diprediksi-terjadi-pada-agustus-september

Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke