Menurut Bambang, salah satu faktor adalah tepat waktunya bantuan sosial dari pemerintah.
"Nah 2018 ini Presiden sudah menegaskan ke semua menteri yang terlibat dari sejak Januari sudah harus tepat sasaran. Tepat sasarannya itu tidak hanya dari PKH, tapi juga rastrah, bantuan pangan nontunai, plus kartu sehat dan pintar tadi, dan juga dana desa digulirkan lebih awal," ujar Bambang di kantornya, Selasa (17/7/2018).
Bambang menceritakan, pada 2017 lalu bantuan sosial dari pemerintah sempat terlambat. Karena hal itu, saat dilakukan survei angka kemiskinan jadi tinggi.
"Di awal 2017 itu ada keterlambatan sehingga ketika dilakukan survei orang itu merasa tidak terima. Kalau tidak pernah terima, itu, kan, berarti pengaruh ke pengeluarannya. Pengeluarannya jadi tidak sebesar yang seharusnya sehingga akhirnya dia terkategori miskin meskipun tadinya dia mungkin tidak miskin," ucap dia.
Bambang menambahkan, sejak Maret 2017 sampai Maret 2018 jumlah penduduk miskin turun sebanyak 1,82 juta jiwa.
"Jadi, maret 2017 dengan maret 2018. Di dalam periode satu tahun tersebut kita lihat jumlah penduduk miskin yang berkurang 1,82 juta jiwa. Tingkat kemiskinannya berkurang sampai 0,82 persen dalam setahun," kata Bambang.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami titik terendah dalam hal persentase kemiskinan sejak 1999, yakni sebesar 9,82 persen pada Maret 2018.
Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang.
"Maret 2018 untuk pertama kalinya persentase penduduk miskin berada di dalam 1 digit. Kalau dilihat sebelumnya, biasanya 2 digit, jadi ini memang pertama kali dan terendah," kata Kepala BPS Suhariyanto saat menggelar konferensi pers di kantornya, Senin (16/7/2018).
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/18/140000826/ini-faktor-menurunnya-angka-kemiskinan-menurut-kepala-bappenas