Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertarungan Chevron Vs Pertamina dalam Pengelolaan Blok Migas Rokan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertarungan pengelolaan Blok Migas Rokan masih terus berlangsung antara PT Chevron Pasific Indonesia dan PT Pertamina (Persero).

Hal itu terjadi seiring dengan bakal berakhirnya kontrak Chevron dalam mengelola Blok Rokan pada 2021 mendatang.

Sebagai petahana, Chevron masih ingin melanjutkan pengelolaan Blok Rokan. Chevron diketahui telah mengajukan proposal baru untuk bisa kembali mengelola Blok Rokan hingga 2041 kepada Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Sementara itu, Pertamina ingin 'merebut' Blok Rokan dari Chevron. Perusahaan pelat merah tersebut sejauh ini menjadi satu-satunya pesaing Chevron untuk bisa mengelola Blok Rokan.

Adapun bulan ini merupakan bulan penentuan bagi Kementerian ESDM untuk memilih siapa pengelola Blok Rokan selanjutnya.

Namun, hingga jelang akhir Juli ini belum ada tanda-tanda apakah Blok Rokan bakal kembali dikelola Chevron atau malah bisa direbut oleh Pertamina.

Beberapa fakta jelang keputusan Kementerian ESDM tersebut pun muncul. Berikut ini fakta-fakta yang bisa dirangkum oleh Kompas.com

1. Pertamina belum selesaikan proposal pengelolaan Blok Rokan

Wakil Menteri (Wamen) ESDM Arcandra Tahar telah mengultimatum Pertamina untuk segera menyelesaikan proposal pengajuan pengelolaan Blok Rokan hingga akhir pekan ini.

Pemberian tenggat waktu tersebut diberikan agar Kementerian ESDM bisa mengevaluasi proposal dari Pertamina.

"Dilengkapinya pekan ini karena kan ada proses internal di Pertamina yang harus dilakukan," kata Arcandra saat ditemui di Kantor Kemenko bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (24/7/2018).

Arcandra pun optimis Pertamina bisa memenuhi target yang ditetapkannya mengingat proses evaluasi calon pengelola Blok Rokan mesti dilakukan bulan ini.

2. Chevron telah ajukan proposal baru ke pemerintah

Keinginan Chevron untuk kembali mengelola Blok Rokan sangatlah tinggi. Di saat Pertamina belum menyelesaikan proposalnya, Chevron justru telah memberikan proposal terbarunya ke pemerintah.

Arcandra mengatakan, dirinya bakal segera mengevaluasi proposal dari Chevron.

"Evaluasi saya hari ini buat Chevron. Final, tinggal tunggu Pertamina," ucap dia.

Tingginya minat Chevron untuk bisa kembali mengelola Blok Rokan pun turut ditanggapi Menko bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut mengatakan, adalah hal wajar bagi Chevron untuk mau mengelola salah satu sumber minyak besar bagi produksi migas Indonesia.

"Ya dia masih mau kelola Rokan ya biarkan saja, urusan mereka. Kan memang sampai sekarang Chevron yang mengelola. Perpanjangan itu kan sah-sah saja, mungkin dia mau maju, mungkin join sama Pertamina kan kita enggak tahu," terang Luhut.

3. Chevron tawarkan teknologi tinggi dan investasi besar-besaran

Dalam proposal yang diajukan, Chevron menawari untuk bisa kembali mengelola Blok Rokan dengan teknologi canggih yang dimilikinya.

Hal tersebut diakui Luhut setelah bertemu dengan perwakilan Chevron di kantornya kemarin.

"Chevron ini punya teknologi tinggi untuk meningkatkan kapasitas cadangan minyak di Blok Rokan sampai 1,2 miliar barel," ujar Luhut.

Teknologi itu sendiri disinyalir merupakan Enhance Oil Recovery (EOR). Teknologi itu disebut-sebut belum dimiliki perusahaan lainnya di Indonesia lantaran investasinya yang cukup tinggi.

Untuk itu, dalam proposal terbarunya, Chevron mengajukan investasi hingga 88 miliar dollar AS atau setara Rp 1.277 triliun (kurs 1 dollar AS=Rp 14.518) untuk kembali mengelola Blok Rokan selama 20 tahun ke depan hingga 2041.

"Untuk investasinya 10 tahun pertama 33 miliar dollar AS dengan produksi 500 juta barel minyak dan 10 tahun kedua 55 miliar dollar AS untuk produksi 700 juta barel," imbuh Luhut.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/25/090600026/pertarungan-chevron-vs-pertamina-dalam-pengelolaan-blok-migas-rokan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke