Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Efek Perang Dagang, 3 Emiten Sensitif terhadap Pelemahan Rupiah

"Demi menjaga stabilitas nilai tukar, BI siap mengambil langkah menaikkan BI 7-day repo rate kedepannya," sebut Analis Bahana Sekuritas Michael Setjoadi dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Selasa (31/7/2018).

Pelemahan nilai tukar yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini, diperkirakan masih akan terjadi akibat tekanan global, dan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang bahan bakunya masih mengandalkan impor dan memiliki utang dalam dollar AS.

Beberapa di antaranya PT Indofood Sukses Makmur yang bahan baku anak usahanya seperti Bogasari dan Indofood CBP sukses Makmur masih mengandalkan impor gandum, ditambah lagi Indofood masih memiliki hutang valas sebesar 587 juta dollar AS dan utang Indofood CBP sebesar 57 juta dollar AS.

Dia melanjutkan, setiap pelemahan 1 persen rupiah, menggerus laba bersih Indofood CBP sebesar 1,7 persen dan 3,6 persen untuk Indofood Sukses Makmur.

Pada awal tahun, Bahana memperkirakan laba bersih Indofood Sukses Makmur (INDF) akan naik sekitar 5,5 persen atau mencapai Rp 4,40 triliun dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp 4,17 triliun, ditopang oleh performa Indofood CBP yang diperkirakan akan tumbuh 10.1 persen.

Selain itu, PT Mitra Adiperkasa (MAPI) juga akan mengalami tekanan karena sekitar 50 persen dari total barang yang dijual perseroan adalah impor dari Amerika, Eropa dan negara lainnya, sehingga sekitar 15-20 persen dari total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang/jasa atau yang lebih dikenal dengan cost of goods sold (COGS) dalam denominasi dollar AS.

"Riset Bahana Sekuritas memperlihatkan setiap 1 persen pelemahan dolar, akan menggerus laba bersih perseroan berkode saham MAPI sebesar 2,8 persen. Perseroan baru akan menaikkan harga barang bila rupiah sudah menyentuh level sekitar Rp 15.000 per dollar AS," lanjut Michael.

Pada awal tahun Bahana memperkirakan laba bersih MAPI akan naik lebih 100 persen atau mencapai Rp 789 miliar pada akhir 2018, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 335 miliar.

"Produsen ayam PT Japfa Comfeed Indonesia juga masih mengandalkan impor untuk pakan ayam meski Japfa diuntungkan dengan perang dagang Amerika dan China yang membuat harga keledai turun. Berdasarkan riset Bahana sekitar 60 persen dari total COGS perseroan dalam denominasi dollar AS," lanjut Michael.

Michael menjelaskan, perusahaan berkode saham JAPFA ini juga masih memiliki utang dalam bentuk surat utang sebesar 250 juta dollar AS meski sekitar 62,6 persen dari total utang tersebut telah menggunakan hedging dikisaran Rp 13.300 hingga Rp 16.600.

Bahana memperkirakan setiap pelemahan 1 persen rupiah terhadap dollar AS, bakal menggerus laba bersih produsen ayam ini sebesar 6,5 persen.

Pada awal tahun Bahana Sekuritas memperkirakan laba bersih Japfa akan naik sekitar 87 persen atau mencapai Rp 1,87 triliun pada akhir 2018, dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp 998 miliar.

Sebagai informasi, pembalikan modal akibat perang dagang antara Amerika dan Cina serta kenaikan suku bunga acuan Amerika, dari pasar keuangan masih mewarnai sejumlah negara-negara berkembang termasuk Indonesia, India, Filipina dan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara, yang berdampak pada pelemahan mata uang.

Bank Indonesia sebagai pengelola moneter telah berupaya menjaga volatilitas nilai tukar dengan melakukan intervensi di pasar valas maupun surat utang negara (SUN) serta menaikkan suku bunga acuan BI 7-day repo rate sebesar 100 basis point (bps) sejak Mei 2018 ke level 5,25 persen.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/31/104300326/efek-perang-dagang-3-emiten-sensitif-terhadap-pelemahan-rupiah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke