Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Asian Games dan "Nation Branding" Indonesia

Walaupun hingga hari terakhir "ngebut" bersolek dan "tergopoh-gopoh" berbenah. Asian Games kali ini jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan 40 cabang dengan 465 nomor pertandingan dan lebih dari 16 ribu partisipan. Meningkat 20 persen dibanding peserta pada Asian Games Incheon 2014.

Banyak negara berkompetisi memenangkan sayembara penentuan multi-event olahraga seperti Asian Games. Menawarkan kesiapan venue dan beragam keunggulan yang dijanjikan.

Dalam event seperti ini sebuah negara pada dasarnya senantiasa berorientasi merengkuh tiga kesuksesan: penyelenggaraan, prestasi, dan ekonomi.

Khusus terkait penyelenggaraan Asian Games 2018 Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam rapat terbatas bersama Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menambahkan dengan yang keempat yaitu sukses administrasi.

Bukan tanpa sebab, tidak dapat dipungkiri gelaran semacam ini di tingkat ‘lokal’ sering berujung pada perilaku korupsi dan proyek "aji mumpung" bagi sebagian oknum.

Menggapai nation branding

Seluruh capaian kesuksesan di Asian Games ke-18 tentu tidak akan datang dengan sendirinya, perlu diperjuangkan dan dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Sembari berharap pada akhirnya pentas olahraga terbesar Asia tersebut mampu meneguhkan positioning Indonesia di tingkat global dalam satu tarikan napas nation branding yang kuat.

Sebuah refleksi langsung dari serangkaian promosi dan strategi komunikasi untuk menggapai ‘the picture of mind’ mengenai reputasi dan citra bangsa Indonesia di hadapan khalayak internasional.

Bukan tanpa alasan olahraga menjadi pijakan membangun nation branding. Menurut Jaffe dan Nebenzahl, nation branding bertujuan menciptakan ide yang jelas, sederhana, dan berbeda secara emosional dilambangkan secara verbal dan visual oleh khalayak yang berbeda dalam situasi yang tidak sama.

Nation branding juga efektif dilakukan melalui kegiatan politik, budaya, bisnis, dan olahraga.

Kita sadari pekerjaan mem-branding negara bukanlah perkara mudah, terlebih dengan potensi dan karakter yang beragam seperti Indonesia.

Dia bukan hanya sekadar menghidupkan suasana dengan memasang ratusan billboard tematik di sudut kota, mengubah semua iklan ber-genre olahraga, menutupi sungai bau nan hitam pekat, menghias taman dan memperbaiki trotoar.

Logo dan slogan terkait national branding Indonesia saat ini saja lebih dari satu. Semisal ada "Wonderful Indonesia" yang dinisiasi Kementerian Pariwisata, juga tagline "Remarkable Indonesia" yang digaungkan Kementerian perdagangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Dari satu entitas pemerintah saja ada banyak tautan persepsi. Itu baru urusan logo, masih ada urusan lainnya. Karena nation branding menyangkut citra keseluruhan satu negara yang mencakup dimensi politik, ekonomi, sejarah, dan budaya.

Dalam perspektif pemasaran, nation branding memiliki tujuan untuk membantu bangsa “menjual” produk dan tempatnya. Selain itu, nation branding melalui Asian Games diharapkan memainkan peran yang berpotensi penting dalam komunikasi lintas budaya.

Bukan sekadar memperkuat stereotip lama atau menciptakan identitas yang baru untuk keuntungan ekonomi jangka pendek, namun juga dalam jangka panjang menjadi sarana mengembangkan pemahaman bersama (mutual understanding) yang lebih baik dan meningkatkan hubungan internasional.


Belajar dari Piala Dunia Rusia

Piala Dunia Rusia yang baru usai sesungguhnya dapat digunakan meneropong nation branding bagi Indonesia saat ini. Pelajaran itu didapat dari tiga negara peserta yakni Rusia terkait penyelenggaraan, Perancis sukses prestasi dan Kroasia sukses reputasi, yang ujungnya berharap peningkatan investasi.

Meski diwarnai aksi masuk lapangan pussy riot kelompok band punk Rusia saat final Piala Dunia, namun sejatinya bisa dikatakan bahwa negeri beruang merah itu relatif sukses menyelenggarakan perhelatan olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade tersebut.

Pun demikian bagi Perancis, narasi menjadi juara dunia tidak banyak berubah saat mereka meraih kesuksesan pertama 20 tahun lalu. Gelar juara yang mereka rengkuh sesungguhnya buah hasil ramuan integrasi keragaman identitas dan realitas rasial.

Adapun bagi Kroasia, Piala Dunia telah menjadikan mereka sebagai kuda hitam secara utuh. Di dalam lapangan, menggapai finali bukti kemampuan racikan Pelatih Zlatko Dali? dengan pengalaman sejumlah pemain multitalenta yang bertebaran di berbagai klub besar Eropa seperti Luka Modric, Mario Mandzukic, dan Ivan Rakitic.

Di luar lapangan tak dapat dipungkiri epicentrum keriuhan publik berpusat pada sosok cantik Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic karena dinilai mampu mengalahkan 'kegarangan' Presiden Rusia Vladimir Putin dan menaklukan pemimpin fenomenal Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Kroasia merupakan negara relatif baru pecahan Republik Sosialis Federal Yugoslavia (RSFY), keberhasilan menginjakan kaki di final secara alamiah telah membetot perhatian dunia. Berbekal kesadaran tersebut Kroasia membangun nation branding.

Terbukti, dalam iklan serial terbaru berjudul ‘Crotia full of life’ negara balkan tersebut nampak sangat cerdas mengeksploitasi para pemain bola sebagai talenta dibaurkan dengan artis dan pesohor.

Iklan itu seakan ingin menggambarkan jika kesulitan menemukan Kroasia, maka mulailah dari Luka Modric. Kapten timnas itu membuka iklan menggunakan kaus warna putih dan merah berbentuk kotak-kotak.

Sosok olahragawan nampak sempurna menjadi bridging (jembatan) dan gate keepers informasi menjelajah pantai indah, sejarah bangunan kota tua Dubrovnik, dan eksotisme taman nasional dengan Danau Plitvice yang masuk dalam UNESCO World Heritage Site.

Kroasia sadar mereka bukanlah etalase utama benua Eropa, mereka hingga saat ini belum mampu bersaing dengan negara-negara tua macam Inggris, Italia, dan Perancis. Tapi memulai nation branding dari Trio MMR (Modric, Mandzukic dan Rakitic) dan sederet olahragawan sukses merupakan langkah yang brilian.

Permainan yang ciamik di klub dan telah berimbas ke timnas secara sadar akhirnya menjadikan mereka brand ambassador yang efektif bagi negaranya.


Asian Games paling bersejarah

Asian Games ke-18 bagi Indonesia harus menjadi arena paling bersejarah dan pusat perhatian tarikan publik internasional mengenal lebih jauh negeri yang membentang dari Sabang hingga Merauke.

Proses nation branding melalui gelaran Asian Games sesungguhnya dapat secara simultan mereduplikasi kesuksesan penyelenggaraan dari Rusia, prestasi Perancis, dan reputasi dari Kroasia.

Bagi tuan rumah Piala Dunia 2018 dianggap sebagai salah satu yang paling sukses karena ketiadaan insiden keamanan yang fatal. Ketakutan akan kekerasan rasisme yang sempat mengemuka sebelum gelaran dimulai pun tak terjadi.

Belajar dari hal itu, meski Indonesia beberapa waktu lalu terjadi teror bom, namun dengan kesiapan dari seluruh stakeholders dapat membuktikan bahwa gelaran akan aman dan sukses.

Gapaian prestasi timnas Prancis pada Piala Dunia 2018 dibangun dari berbagai latar belakang. Banyak para pemain merupakan keturunan campuran dari bangsa lain atau imigran, khususnya dari benua Afrika. Selain itu ja ugmemiliki perbedaan dalam hal kepercayaan, ada yang menganut agama Islam dan Kristen.

Namun faktanya tidak menjadi beban dan sumber konflik untuk bahu-membahu meraih gelar juara. Modal yang dimiliki Perancis sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan apa yang dimiliki Indonesia: keberagaman.

Asian Games menjadi sarana menyampaikan pesan bahwa keberagaman yang dimiliki Indonesia menjadi bukti dan tulang punggung (backbone) utama dalam menghadirkan prestasi yang monumental. Bukan sesuatu yang baru ada, namun telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

Penampilan timnas Kroasia di Piala Dunia 2018 benar-benar heroik terutama pada fase gugur, padahal mereka melalui seluruh pertandingan lebih dari 120 menit. Hebatnya lagi Kroasia selalu tertinggal terlebih dahulu pada tiga pertandingan itu.

Bagi Kroasia, sepak bola adalah identitas dan patriotik. Aleksandar Holga, dalam tulisannya di The Guardian, menyatakan bahwa keberuntungan dan kesuksesan Timnas Kroasia juga merupakan keberuntungan dan kesuksesan negara mereka.

Asian Games bagi Indonesia sarana menunjukan identitas dan karakter: pantang menyerah, toleran, dan patriotik. Terlebih Asian Games diselenggarakan di bulan paling patriotik bagi bagsa Indonesia: Agustus.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/22/103409826/asian-games-dan-nation-branding-indonesia

Terkini Lainnya

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke