Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rhenald Kasali: Saya Ilmuwan, Diajak Bicara Dollar AS Saja Tidak Berani

"Saya adalah seorang ilmuwan di Fakultas Ekonomi. Saya diundang media untuk berbicara dollar AS saja saya tidak berani. Saya ahli bisnis melihat hanya sepotong, dari satu aspek. Saya tidak mengerti kalau ada orang yang merasa ahli segala-galanya," kata Rhenald kepada Kompas.com saat ditemui di Jakarta Convention Center, Rabu (12/9/2018).

Rhenald menjelaskan, untuk memahami tentang dollar AS dan pengaruhnya ke mata uang negara lain, harus dilihat secara komprehensif dari berbagai sudut pandang. Tidak bisa dari satu atau dua sudut pandang saja, misalkan dari kacamata moneter dan fiskal, namun juga harus lihat dari sudut pandang sektor perdagangan, perubahan teknologi, hingga bidang lain seperti hubungan antarnegara dan sebagainya.

Menurut Rhenald, dirinya mendapati banyak orang yang merasa sudah paham tentang pelemahan nilai tukar dan hanya memahami dari sudut pandang tertentu saja, kemudian langsung membuat kesimpulan. Hal itu membuat masyarakat jadi lebih khawatir, tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di tataran global.

"Bayangkan kalau masyarakat hanya melihat dollar dari kacamata Indonesia saja, terjadi depresiasi, dikaitkan lagi dengan psikologi tahun 1998, kita keliru," tutur Rhenald.

Jika dibandingkan dengan negara berkembang lain, Rhenald menyebut Indonesia termasuk negara yang tahan terhadap ketidakpastian global, terutama dalam hal pelemahan nilai tukar.

Dia pun mengajak agar masyarakat yang mengikuti isu tersebut lebih banyak mencari referensi terkait dan dari sumber yang terpercaya, serta tidak mudah membuat kesimpulan berdasarkan sumber yang minim.

"Ini terjadi di seluruh dunia, dan Indonesia salah satu negara yang dampaknya kecil dibandingkan di negara-negara lain. Ini penyebabnya AS melakukan kebijakan, sehingga dollar-nya pulang kampung. Sama seperti Lebaran kemarin, pembantu kita pulang kampung, kita harus bayar (pembantu) infal yang mahal," ujar Rhenald.

Dalam menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah, pemerintah telah menempuh sejumlah kebijakan, di antaranya mengendalikan impor barang konsumsi, peningkatan devisa dari sektor pariwisata, hingga menunda proyek infrastruktur yang memiliki komponen impor yang tinggi.

Selain itu, Bank Indonesia selaku otoritas moneter juga mengantisipasi dampak tersebut dengan menaikkan suku bunga acuan dan melakukan intervensi ganda, baik di pasar valas dan beli SBN (Surat Berharga Negara) yang dilepas investor di pasar sekunder.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/12/192021226/rhenald-kasali-saya-ilmuwan-diajak-bicara-dollar-as-saja-tidak-berani

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke