Anjloknya IHSG lantas dikaitkan dengan momentum yang baru terjadi kemarin petang saat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengumumkan rencana kenaikan bahan bakar jenis premium. Namun, satu jam setelahnya terkonfirmasi bahwa rencana tersebut batal.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara melihat sedikit korelasi antara batalnya kenaikan harga premium dengan turunnya IHSG.
"Saya lihat IHSG ada koreksi. Yang jelas ini preseden buruk, apalagi (diumumkan) di acara internasional," ujar Bhima kepada Kompas.com, Kamis (11/10/2018).
Bhima memprediksi hal ini juga akan memengaruhi nilai tukar rupiah. Rupiah diperkirakan juga akan menunjukkan pelemahan karena penjualan asing terus terjadi. Dalam setahun terakhir, penjualan asing di pasar modal sudah melepas sekitar Rp 54 triliun.
"Ini akan memperburuk sentimen," kata Bhima.
Sementara itu, dihubungi terpisah, pengamat pasar modal Satrio Utomo mengatakan, anjloknya IHSG tak sepenuhnya akibat batalnya kenaikan harga premium. Kalaupun ada pengaruhnya, hanya sedikit sekali. Koreksi IHSG lebih banyak dipengaruhi saham perbankan yang tak terlalu bagus.
"Ini lebih efek bursa global yang tidak menentu daripada premium," kata Satrio.
Satrio mengatakan, keberadaan premium saat ini sudah semakin jarang. Sehingga jika harganya naik, pengaruhnya cenderung kecil. Meski begitu, saat ini pasar sedang menunggu.
Menurut Satrio, kemungkinan dalam satu atau dua hari berikutnya baru terlihat apakah batalnya kenaikan premium akan mempengaruhi IHSG.
"Sekarang tinggal yang negatif jangka menengah. Saya khawatir kalau tidak ada berita positif dalam jangka pendek, tetap saja IHSG akan jatuh," kata Satrio.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/11/133000626/ihsg-anjlok-gara-gara-premium-batal-naik