Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

“Orang Miskin Itu Disiplin dalam Membayar Cicilannya..."

Ketua Pengurus Komida Slamet Riyadi mengatakan, koperasinya fokus pada pemberdayaan perempuan miskin yang tidak bisa mengakses perbankan.

“Persyaratannya, nasabah dipastikan harus miskin. Maksimal penghasilannya Rp 650.000 per bulan,” ujar Slamet saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/11/2018).

Selain itu, sambung Slamet, tidak ada lagi persyaratan lainnya. Bahkan, tidak perlu fotokopi KTP ataupun kontrak tertulis.

Meski tidak mensyaratkan jaminan, angka kredit bermasalah atau NPL di Komika tergolong kecil, yakni hanya 0,3 persen.

“Orang miskin itu disiplin dalam membayar cicilannya. Saat meminjamkan uang, kami menyemangati mereka untuk disiplin dan membayar utang itu mendapat pahala,” tuturnya.

Dalam operasionalnya, Komida mengandalkan transaksi tunai dan pertemuan tatap muka. Sebab, mayoritas perempuan miskin tidak memiliki ponsel pintar.

“Sebanyak 90 persen anggota kami ada di perkampungan. Paling banyak di Jabar, 40 persenan dari jumlah anggota. Kami menargetkan pertumbuhan anggota hingga 600.000 tahun ini,” ungkapnya.

Slamet menceritakan, untuk pinjaman pertama, anggota koperasi mendapat dana maksimal Rp 2,5 juta. Setelah lunas, mereka bisa meminjam lagi dengan kenaikan plafon menjadi Rp 3 juta.

Di pinjaman ketiga, anggota akan mendapatkan plafon maksimal Rp 5 juta-Rp 6 juta. “Sekarang rata-rata pinjaman di angka Rp 5 juta-6 juta,” tuturnya.

Pinjaman tersebut membantu banyak perempuan di perkampungan lebih sejahtera. Dari yang sebelumnya pemulung menjadi juragan rongsokan. Ada pula yang sukses menjadi pengepul sayur mayur.

“Rata-rata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat membutuhkan waktu 3-4 tahun dengan tiga kali pinjaman,” ucapnya.

Tak hanya itu, Komida tidak hanya membagikan uang, tetapi juga meningkatkan kapasitas dari peminjam dengan meningkatkan pendidikan dari anggotanya.

“Kami juga memberikan berbagai pelatihan, termasuk training hak anak dan kesehatan,” sebut dia.

Misal, anak memiliki hak mendapatkan pendidikan, kasih sayang, sandang, pangan, dan papan. Namun, ada orangtua yang tidak menyekolahkan anaknya karena tidak ada uang.

“Itu bukan alasan. Makanya kami berikan dana talangan pendidikan. Ada yang mencapai tiga tahun untuk siswa SMP dan SMA,” tuturnya.

Dengan dana talangan pendidikan ini, tidak ada lagi anak dari anggota yang tidak sekolah. Dana talangan diberikan dari TK hingga SMA. Hingga kini, sudah puluhan ribu anak yang terbantu.

Kemiskinan

Direktur Leiden Ethnosystem And Development (LEAD) Programme LJ Slikkerveer mengatakan, untuk mengurangi angka kemiskinan, Indonesia harus mengoptimalkan potensi bioculture yang dimiliki.

Caranya yakni dengan melakukan pembangunan yang menekankan pada indigenous community alias masyarakat lokal yang menguasai kearifan lokal (local wisdom).

“Pembangunan yang berkelanjutan tidak akan berjalan tanpa mengandalkan partisipasi masyarakat lokal,” tuturnya dalam Seminar Internasional Integrated Microfinance Management (IMM), belum lama ini.

“Yang harus diingat sebuah program akan berjalan dengan baik apabila mengandung nilai budaya atau tradisi setempat,” tambah dia.

Slikkerveer juga menyoroti bergesernya konsep institusi keuangan mikro ke arah komersial.

Hal itu menyebabkan peran institusi keuangan mikro terhadap penanggulangan kemiskinan menjadi sangat minim.


https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/08/151000926/orang-miskin-itu-disiplin-dalam-membayar-cicilannya

Terkini Lainnya

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke