Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masukan Jemaah Haji: dari Petugas hingga Bumbu Instan

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, masukan yang disampaikan berkaitan dengan fasilitas hotel, akomodasi, katering, pelayanan petugas, hingga kesehatan.

Pertama, soal pelayanan hotel, sekitar 90 persen jemaah di Mekkah dan sekitar 77 persen jemaah di Madinah menilai baik terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas hotel. Lebih dari 65 persen jemaah merasakan bahwa kondisi bangunan, penyediaan air minum, serta penyediaan perlengkapan kamar tidur telah terpenuhi dengan baik.

Namun, hampir separuh jemaah merasakan terlalu lama mengantri di lift, tidak menemui tempat untuk makan atau mendapati tempat makan yang kurang layak, serta tidak mendapatkan penggantian perlengkapan kamar tidur secara berkala.

Mayoritas jemaah berpendapat, idealnya 1 kamar hanya dihuni oleh 3-4 orang saja.

"Petugas kebersihan dan keamanan hotel dirasakan oleh sebagian besar jemaah akan keberadaan dan fungsinya. Kekurangan yang ditemukan minor," kata Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Selain itu, soal jarak dan akses ke Masjidil Haram. Sekitar 25 persen jemaah merasakan hotel tempatnya menginap jauh dari Masjidil Haram, namun merasakan kemudahan dalam hal akses ke sana.

Sebanyak 71 persen responden merasakan kemudahan dalam hal transportasi ke Masjidil Haram. Hanya 3,1 persen jemaah yang merasakan sulit dalam hal akses ke Masjidil Haram.

"Kuncinya pada transportasi bus shalawat. Bus shalawat sudah bagus. Yang jaraknya sedang juga mudah kok transportasinya," kata Suhariyanto.

Ke depannya, masukan yang disampaikan jemaah yakni perlu adanya hotel cadangan di Madinah, agar jemaah tidak menunggu lama di lobi hotel ketika waktu check-in belum masuk. Selain itu, perlu ada petugas haji yang stand by di hotel di Madinah dan juga sistem kontrak full season di semua hotel Madinah.

Soal petugas, jemaah menganggap perlu adanya penambahan posko petugas dan personilnya di lokasi-lokasi strategis di tempat penumpukan jemaah, seperti di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Selain itu, diperlukan juga sosialisasi posisi penempatan sektor khusus d Makkah dan Madinah serta posko petugas selama di Armina kepada jemaah.

Suhariyanto mengatakan, masalah kesehatan juga menjadi hal yang disorot jemaah haji. Sebaiknya enam bulan sebelum jemaah berangkat sudah harus melakukan medical check up untuk mengetahui kondisi kesehatan jemaah.

Sementatra jemaah manula di atas 75 tahun wajib mendapat pengawasan khusus dari petugas jika tidak ada pendamping dari keluarga.

"Selain memperoleh prioritas pengawasan kesehatan, juga pengawasan posisi keberadaan mereka untuk mengurangi jumlah jamaah tersasar. Alat penentu lokasi obyek menjadi prioritas bagi jamaah kelompok ini," kata Suhariyanto.

Para jemaah haji Indonesia juga banyak yang mengeluhkan pelayanan di Arafah dan Mina (Armina). Pengaturan perpindahan jemaah di Muzdalifah sangat penting, ada aturan yg lebih ketat terkait antrian jemaah agar lebih tertib. Selain itu, jemaah juga meminta penambahan toilet bertingkat di Mina dan dipakaikan atap supaya saat antre tidak kepanasan.

Pemberian buku manasik sebelum Ramadhan juga penting agar jemaah cukup waktu untuk membaca dan memahaminya. Selain itu juga perlu dibuat tayangan video manasik haji sebagai gambaran jemaah pada waktu pelaksanaannya nanti.

Hal yang juga banyak disorot adalah soal katering. Jemaah meminta agar pendistribusian makanan di Madinah disesuaikan dengan pergerakan jemaah ke Nabawi.

"Jemaah juga concern terhadap bumbu instan, jadi meminta pengawasan lebih ketat terhadap bumbu yang digunakan untuk memastikan tidak ada penggunaan bumbu instan," kata Suhariyanto.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/22/224400226/masukan-jemaah-haji--dari-petugas-hingga-bumbu-instan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke