Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rhenald Kasali: Banyak yang Tak Paham dengan Proses Divestasi Freeport

Proses divestasi saham itu mengundang beragam komentar, salah satunya dari guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali.

Menurut Rhenald, banyak orang yang tak paham mengenai permasalahan di Freeport. Namun, orang-orang tersebut malah sibuk menyalahkan pemerintah karena dianggap keliru membayar 4 miliar dollar AS untuk menguasai Freeport.

"Saya menduga mereka yang ngamuk-ngamuk itu hanya kurang kompetensi saja, maklum menganalisis Freeport ini kompleks. Ini gabungan makro-mikro, corporate finance dan fiscal policy, masalah hukum, lingkungan hidup, antara kepentingan domestik dengan global value chain, rumit sekali," ujar Rhenald dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/12/2018).

Rhenald menambahkan, jika orang yang pernah langsung ke Freeport pasti mengetahui bahwa ada perbedaan antara kekayaan alamnya yang milik Indonesia dengan perusahaan Freeport yang bukan milik Indonesia.

"Kita tak pernah mendirikan Freeport, juga tak pernah taruh uang di perusahaan itu sehingga kita punya saham. Jadi kalau Freeport diusir atau berakhir (2021) yang kembali ke pangkuan kita ya cuma buminya saja. Untuk eksploitasinya kita harus tanam modal juga bukan? Artinya keluar duit lagi," ucap dia.

Rhenald menjelaskan, PT Freeport memiliki aset berupa mesin, tenaga ahli, jaringan bisnis dan lainnya. Jika kita memutus kontraknya di 2021, Freeport akan sangat mudah membawa pergi itu semua keluar dari Indonesia.

"Kalau ambil buminya saja, ya kita pasti tak perlu bayar apa-apa. Tapi kalau mau pikir lebih panjang sedikit, maka kita perlu ambil saham PT-nya, untuk apa? untuk kuasai teknologi dan asetnya, ikut memimpin perusahaan. Maka itulah langkahnya, beli sahamnya dong," kata Rhenald.

Menurut Rhenald, yang ingin dikuasai pemerintah adalah teknologi tingkat tinggi dengan resources and development dalam bidang pertambangan yang luar biasa. Untuk eksploitasi tambang grasberg dibutuhkan teknologi yang canggih.

"Memang tambang Freeport fase ke dua ini ada di bawah tanah. Cadangannya cukup untuk usaha 40-50 tahun ke depan. Tapi untuk masuk ke terowongan itu kita harua naik ke puncak yang tinggi dulu dengan kendaraan ber cc tinggi tadi menanjak sekitar 45 derajat sekitar dua jam dari bawah dan perlu teknologi yang mahal. Apa ini akan ditinggal oleh Freeport kalau KK tahun 2021-nya berakhir?" ungkap Rhenald.

Mekanisme pembayaran

PT Inalum menerbitkan global bond untuk membeli mayoritas saham Freeport. Menurut Rhenald langkah itu sudah tepat.

"Namannya juga bisnis, mana ada bisnis atau pembiayaan yang tak beresiko, lebih beresiko lagi kalau belinya pakai loan atau APBN, karena rupiah akan langsung tertekan. Ini kan kita berada di tengah-tengah era trade war," kata dia.

"Begitu pinjam pakai loan, maka tahun depan sudah langsung harus bayar interest besar-besaran dan pokoknya sekaligus. Beda dengan bond, pokoknya dibayar di belakang. Artinya kita bisa menabung, dapat bunga pula," sambungnya.

Rhenald menuturkan, laporan keuangan Freeport menyebutkan EBITDA-nya dalam setahun sekitar 4 miliar dollar AS. Adapun net profitnya tercata 2 miliar dollar AS per tahun.

"Maka kalau kita beli sahamnya dalam skema divestasi ini senilai 4 miliar dollar AS, dalam 4 tahun global bond itu sudah bisa dibayar dari devidennya saja. Ini kan sama dengan modal dengkul. Siapa yang enggak ngiler. Makanya global bond itu oversubscribe," sebut dia.

Rhenald memprediksi, produksi tambang Grasberg tahun depan akan menurun. Sebab, tambang open pit akan ditutup tahun depan.

Nantinya, perusahaan itu akan mengembangkan sistem penambangan bawah tanah. Proses tersebut membutuhkan masa transisi.

"Aada fase peralihan selama 1-2 tahun menuju tambang baru underground yang izinnya baru keluar. Izin baru ini pun bukan lagi KK, tapi surat izin sesuai UU Minerba yaitu IUPK. So, selama masa transisi pasti labanya akan turun dulu sementara. Itu sebabnya perlu bond dengan tenor yang panjang. untuk apa? untuk kurangi risiko, kok malah dinilai berisiko," kata Rhenald.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/12/24/113400926/rhenald-kasali--banyak-yang-tak-paham-dengan-proses-divestasi-freeport

Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke