"Itu tidak benar," ujar Kepala Taipei Economic and Trade Office (TETO) John C. Chen saat konferensi pers, Jalarta, Jumat (4/1/2019).
Dia mengatakan, Taiwan merupakan negara yang sangat demokratis. Bahkan demokrasi di negara dengan luas 36.193 km persegi itu dinilai sudah sangat maju.
Oleh karena itu kata dia, Pemerintah Taiwan tidak pernah menekan kebebasan perbendaharaan, apalagi memaska seseorang untuk tutup mulut. "Demokrasi sangat dijunjung tinggi di Taiwan," kata dia.
Sebelumnya, Pemerintah Taiwan membantah telah terjadi kerja paksa kepada para mahasiswa Indonesia di Taiwa.
Dalam konferensi pers, TETO bahkan melampirkan keberatan mahasiswa Indonesia atas pemberitaan dugaan isu kerja paksa.
Di dalam petisi itu, ratusan mahasiswa Indonesia menandatangani petisi keberatan tersebut.
Sebelumnya seperti diberitakan South China Morning Post dan Taiwan News, seorang politisi Taiwan membeberkan pengakuan bahwa ratusan pelajar Indonesia menjalani kerja paksa di pabrik Taiwan.
Media Taiwan, mengutip ucapan politisi Kuomintang Ko Chih-en, melaporkan, para pelajar itu hanya masuk kelas dua hari dalam sepekan.
Kemudian mereka menghabiskan empat hari di pabrik menjadi buruh dengan tugas mengemas 30.000 lensa kontak selama 10 jam per sift.
https://ekonomi.kompas.com/read/2019/01/04/161500726/ada-kabar-mahasiswa-ri-dipaksa-tutup-mulut-ini-kata-pemerintah-taiwan