Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mantan Menkeu: Tekanan Ekonomi 2018 Lebih Berat dari Era Sebelumnya

Saat itu, penyebab gejolak ekonomi adalah rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral. Padahal, saat itu baru wacana, belum ada kenaiman.

"Kalau taruh di bank nanti nasabah mempertimbangkan mana yang kasih bunga timggi. Kalau AS mau naikkan, pada pindah ke sana," ujar Chatib di Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Selain itu, ketika itu harga minyak dunia juga tinggi sekitar 100 dollar AS per barel. Untuk menekan defisit, pemerintah terpaksa menaikkan harga bahan bakar minyak. Pertumbuhan ekonomi pun turun dari 6,1 persen menjadi 5,8 persen.

Dibandingkan dengan kondisi saat ini, Chatib menilai Indonesia lebih tahan banting. Padahal faktor tekanan eksternalnya lebih banyak, ditambah perang dagang AS dengan negara mitra. Hal ini juga berdampak ke pelemahan nilai rupiah terhadap dollar AS.

"Ditambah ketidakpastian akibat kebijakan trump. Secara personal saya melihat 2018 tahun yang berat sekali," kata Chatib

Untungnya, kata Chatib, pemerintah bergerak cepat untuk mengatasi masalah tersebut melalui berbagai kebijakan. Salah satunya dengan beberapa kalo menaikkan suku bunga Bank Indonesia hingga 7 kali selama 2018 sebagai reaksi pelemahan rupiah.

"Saya mesti bilang, seandainya fiskal telat disesuaikan, tidak ada langkah cepat, rupiah kita masih bisa leboh dari Rp 15.200," kata Chatib.

Di tengah kondisi tersebut, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas 5 persen dan menjaga inflasi di level 3 persen.

"Yang dilakukan pemerintah sampai defisit (APBN 2018) hanya 1,76 persen itu luar biasa sekali," kata Chatib.

https://ekonomi.kompas.com/read/2019/01/22/184000026/mantan-menkeu--tekanan-ekonomi-2018-lebih-berat-dari-era-sebelumnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke