Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kedaulatan Energi, yang Tersisa dari Debat Capres

Seluruh linimasa media sosial sudah penuh sesak riuh rendah hiruk pikuk ulasan, meme, komentar, nyinyiran bersatu padu baik dari kubu 01 ataupun kubu 02.

Kebanyakan tentang kepemilikan lahan Prabowo Subianto yang sekian ratus ribu hektar dan conspiracy theory ala Mission Impossible tentang alat canggih yang digunakan Joko Widodo. Masing-masing kubu mengklaim kemenangannya.

Namun, ada yang terlewat. Apa itu? Paparan Prabowo dalam menjawab pertanyaan dari panelis tentang sawit, menyebutkan di Brasil bisa sampai B90 biodiesel dari sawit.

Brasil sudah bisa memproduksi B90 biofuel, bukan biodiesel. Industri energi terbarukan di Brasil adalah ethanol.

Perlu diketahui bahwa ada perbedaan arti istilah biodiesel dan biofuel. Biofuel mencakup seluruh bahan bakar nabati–bahan bakar terbarukan yang terbuat dari bahan nabati, bisa minyak sawit, bisa tebu, singkong, dan sebenarnya.

Sebenarnya kalimat penutup Prabowo sudah menyebutkan tebu, cassava, dan lain-lain. Namun, hal itu kurang terelaborasi karena bisa jadi terkendala keterbatasan waktu ataupun pemahaman menyeluruh tentang biofuel ini.

Jokowi sebenarnya sudah menjawab bahwa sekarang mandatory B20 dan akan menuju B100, namun kurang mendalam.

Sebetulnya pemerintah sekarang terus melakukan riset dan sedang ada pilot project tentang membuat gasoline dari minyak sawit.

Secara teknis hal itu bisa terlaksana dengan katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 melalui proses hydrocracking, kurang lebih sama dengan proses cracking minyak bumi yang menghasilkan berbagai jenis bahan bakar.

Memang masih dalam skala kecil, namun dengan produksi sawit yang melimpah di Indonesia (nomor 1 di dunia), ini bukannya tidak mungkin diwujudkan.

Kedua calon presiden seakan rancu memahami biofuel dan biodiesel atau mungkin grogi dengan waktu yang sangat terbatas.

Di Brasil disebutnya gasohol (gasoline alcohol), yaitu hasil proses fermentasi jus tebu murni yang diproses menjadi bahan bakar untuk kendaraan dicampurkan ke bensin.

Sepengetahuan saya, Brasil adalah satu-satunya negara yang menerapkan aturan untuk otomotif yang dijual di negara itu, baik yang completely knock down (CKD) ataupun completely built up (CBU) harus memenuhi syarat flex fuel vehicle (FFV).

Brasil memulai FFV sebagai mandatori di tahun 2003. Jika ditarik ke belakang lebih panjang lagi sejarah ethanol sebagai bahan bakar, sudah dimulai sejak 1931!

Sekarang lebih dari 30 juta mobil dan kendaraan komersial ringan (truk ringan) dan lebih dari 6 juta sepeda motor dengan mesin FFV menyusuri aspal di seluruh Brasil (Maret 2018).

Persentase seluruh kendaraan FFV adalah sekitar 90 persen di akhir 2018 kemarin dan dipastikan akan terus meningkat. Mesin FFV ini bisa jalan dengan rentang E20 sampai dengan E100, artinya dengan campuran ethanol 20 persen sampai dengan 100 persen.

Brasil memiliki perkebunan tebu salah satu terluas di dunia. Industri ethanol Brasil utamanya untuk menopang program energi terbarukan dan sama sekali tidak tergantung dengan gejolak harga minyak dunia yang mengakibatkan harga bensin dan turunannya ikut bergerak naik turun.

Jika harga minyak naik, pemerintah Brasil dengan gampang beralih ke campuran persentase ethanol yang lebih tinggi.

Luas perkebunan tebu di Indonesia kalah jauh dari Brasil. Di Indonesia sekitar 450.000 hektar, sementara Brasil lebih dari 12.000.000 hektar perkebunan tebu.

Di Indonesia hampir semuanya terkonsentrasi untuk produksi gula dengan rendemen yang belum optimal, sisa produksinya lebih banyak ke pabrik MSG dan ethanol industri (untuk farmasi, kosmetik).

Sebenarnya ada satu pabrik di Jawa Timur yang sudah mulai dengan ethanol untuk bahan bakar, namun banyak terkendala dengan peraturan ini-itu. Biaya produksi juga masih tinggi karena bukan dari jus tebu murni, melainkan dari molasses atau yang lebih dikenal dengan nama tetes tebu.

Berdampingan dengan Brasil, Amerika Serikat juga merupakan produsen besar ethanol untuk bahan bakar kendaraan.

Bedanya, Brasil menggunakan tebu sebagai bahan baku utama dan lebih murah, Amerika menggunakan jagung yang membutuhkan satu proses sebelum fermentasi, yaitu pengubahan selulose menjadi sukrosa untuk difermentasi menjadi ethanol, sehingga biaya produksi ethanol di Amerika masih lebih mahal dibanding dengan Brasil.

Saat ini teknologi pertanian Brasil khusus untuk tebu dan teknologi pengolahan menjadi ethanol adalah yang terbaik di seluruh dunia.

Indonesia memiliki kelimpahan sumber alam yang bisa diolah menjadi hydrous ethanol. Ini merupakan ethanol yang bisa digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Ada satu jenis lagi, yaitu anhydrous ethanol untuk industri.

Hasil minyak sawit sekitar 46 juta ton adalah satu berkah luar biasa di Nusantara. Sawit bisa menghasilkan biodiesel, gasoline sekaligus kerosene (minyak tanah), dengan variasi proses persentase katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 dan variasi temperatur serta lama proses hydrocracking.

Tinggal bagaimana mewujudkannya dalam skala besar-besaran. Singkong juga sangat melimpah di Indonesia, yang bisa diproses fermentasi menghasilkan ethanol.

Semoga ke depan Indonesia bisa menegakkan kedaulatan energi, bukan swasembada energi, beda makna.

Swasembada energi artinya menghasilkan seluruh jenis bahan bakar sendiri, kedaulatan energi adalah tidak tergantung dengan gejolak naik turun harga minyak dunia.

Pemerintah memiliki kontrol penuh terhadap harga bahan bakar baik mesin bensin ataupun mesin diesel.

Bisa dimaklumi jika kedua paslon dalam debat capres lalu tidak bisa menyampaikan secara menyeluruh dan mendalam tentang kedaulatan energi dan energi terbarukan ini.

Itu bisa karena keterbatasan waktu, bisa juga karena tidak menguasai materi tentang energi terbarukan ini. Seluruh penonton debat malam itu bisa menilai sendiri.

Potensi Indonesia untuk memimpin dunia dalam hal energi terbarukan adalah unlimited karena bahan bakar kendaraan di seluruh Indonesia sudah tersedia sepanjang tahun tinggal dipanen dipetik dari pohon, dalam arti sebenarnya.

God bless Indonesia.

https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/20/154032426/kedaulatan-energi-yang-tersisa-dari-debat-capres

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke