Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

LRT Dinilai Kurang Efisien, Begini Jawaban Menko Luhut

Salah satunya datang dari Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, terkait tak efisiennya pembangunan infrastruktur moda transportasi darat ini.

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengakui memang ada ketidakefisienan dalam pembangunannya. Tetapi, situasi itu terlihat saat ini dan manfaatnya ke depan.

"Iya, memang enggak efisien sekarang. Tapi kita tidak hanya melihat sekarang," kata Luhut dalam sebuah pertemuan di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (20/2/2019).

Menurut Luhut, sebuah proyek pembangunan infrastruktur tentu sudah dipertimbangkan segala sesuatunya. Sehingga tidak asal buat, karena semua potensi atau manfaatnya sudah diperkirankan sejak awal.

"Seperti dikatakan Presiden, kan dua ini, ada daerah bikin jalan, tapi ada daerah tapi belum (ada jalan), ada potensi di sana, kita bikin jalan. Itu aja. Jadi keberanian Presiden melihat ke depan, bahwa ada peluang untuk berkembang di sana," ujarnya.

Menurut Luhut, keberanian untuk melakukan sesuatu sangat diperlukan. Ini semata untuk mendorong dan bergerak ke arah yang lebih maju.

"Tetapi kalau tunggu kita berkembang dulu (untuk membangunnya), ndak akan berkembang-kembang. Makanya dari zaman dinosaurus begini-begini terus," imbuhnha..

Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla menilai pembangunan LRT kurang efisien. Karena berbiaya mahal dan letaknya bersebelahan dengan jalan tol.

Hal itu disampaikan JK saat berpidato di hadapan anggota Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (11/1/2019).

"Membangun LRT ke arah Bogor dengan elevated. Ya buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol? Dan biasanya light train itu tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol, harus terpisah," ujar Kalla ketika itu.

https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/21/063000826/lrt-dinilai-kurang-efisien-begini-jawaban-menko-luhut

Terkini Lainnya

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Whats New
Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Whats New
Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke