Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menaker Klaim Pembangunan MRT Serap 10 Ribu Tenaga Kerja, Benarkah?

"Multiplier efek adanya MRT juga sangat positif dengan terciptanya lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan kantong-kantong ekonomi di sekitar area yang dilalui jalur MRT," ujar Menteri Hanif saat menjajal MRT dari Hotel Indonesia-Lebak Bulus-Hotel Indonesia, Senin (25/2/2019), seperti dalam keterangan tertulisnya.

Sementara itu, menyoal lapangan kerja baru yang tercipta setelah adanya MRT, Hanif mengaku belum menghitungnya secara terperinci.

Namun, kata dia, setelah MRT nanti beroperasi, diperkirakan menyerap lebih 500 orang tenaga kerja. Sedangkan untuk vendor supplier jasa keamanan dan kebersihan bisa lebih dari 1000 orang.

"Tapi di luar itu akan muncul kantong ekonomi baru. Misalnya kos-kosan makin ramai, harga tanah makin tinggi dan warung makin tumbuh. Ini akan menambah penyediaan lapangan kerja baru," katanya.

Terkait tenaga kerja, Direktur Utama MRT Jakarta, William Sabandar menegaskan. jumlah tenaga kerja yang terserap dalam proyek MRT sekitar 550 orang.

Rinciannya 350 orang terlibat langsung menjalan kereta api dan 200 tenaga kerja di kantor pusat MRT. Semuanya adalah orang lokal bukan tenaga kerja asing.

"Seluruh masinis, tenaga operasi dan pemeliharaan, anak-anak muda Indonesia. Tak ada satu pun TKA," kata William yang turut mendampingi Menaker.

Adapun untuk tenaga keamanan, kebersihan dan frontline yang berjumlah sekitar 300 orang, William mengatakan pihaknya akan menggunakan jasa outsource.

Pembangunan MRT penuhi K3

Di kesempatan yang sama, Menaker Hanif juga mengatakan bahwa proses pembangunan MRT yang berlangsung selama ini telah memprioritaskan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

"Pelaksanaan K3 di MRT memadai dan SMK3 dijalankan dengan baik. Selain pembangunan kesadaran di tingkat pekerjanya cukup kuat, bisnis transportasi itu separuhnya bisnis keamanan," kata Menteri Hanif saat menjajal MRT dari Hotel Indonesia-Lebak Bulus-Hotel Indonesia Senin (25/2/2019).

Sementara itu, William Sabandar mengatakan, pihaknya memiliki kentetuan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Perkeretaapian sejak mengerjakan proyek MRT.

"Kami sudah sertifikasi dan lolos semuanya. Untuk MRT bisnis keselamatan dan keamanan sangat prioritas. Kita tidak main-main," ujar William.

Menaker sendiri menjajal MRT, dalam rangka meninjau kesiapan pengoperasian moda transportasi tersebut. Selain itu, ia juga memeriksa peralatan dan pelaksanaan K3 dalam pengerjaan proyek tersebut.

Perubahan budaya

Lebih lanjut Hanif menyatakan bahwa kehadiran MRT bisa membantu memberikan kemudahan transporasi di masyarakat. Lebih dari itu, kehadiran moda transportasi berbasis rel ini juga akan mengubah budaya.

"Istilahnya kan transformasi kebudayaan juga orang akan dibiasakan mengantre tepat waktu dan orang akan dibiasakan," ungkapnya

Meski demikian, Menaker menyatakan pihaknya patut berbangga karena dalam waktu yang tidak terlalu lama masyarakat memiliki MRT pertama di Indonesia.

"Insya Allah tanggal 12 Maret 2019, MRT akan uji coba kepada publik. Jadi akan dimanfaatkan oleh masyarakat sebelum beroperasi secara penuh pada Maret nanti," tuturnya.

Sebagai informasi, selain Direktur Utama MRT Jakarta, Menaker Hanif saat menjajal MRT juga didampingi Sekjen Khairul Anwar, Dirjen Pengawasan K3 Sugeng Priyanto,
dan Dirjen PHI Jamsos Haiyani Rumondang.

Kemudian Direktur Kelembagaan dan Kerja sama Hubungan Industrial (KKHI) Aswansyah, Direktur Sukiyo, dan Direktur Bina Standardisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja, Sukiyo dan Karo Humas Soes Hindharno serta Kadisnakertrans DKI Jakarta Andri Yuliansyah.

https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/25/210000526/menaker-klaim-pembangunan-mrt-serap-10-ribu-tenaga-kerja-benarkah-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke