Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Pertamax Tetap

Kompas.com - 16/01/2009, 07:56 WIB

JAKARTA, JUMAT  - PT Pertamina mempertahankan harga bahan bakar minyak non- subsidi untuk dua pekan ke depan. Perseroan berupaya menahan kerugian dengan kecenderungan harga minyak yang terus turun.

Deputi Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya mengatakan hal itu, Kamis (15/1). ”Harga solar tetap, premium turun sedikit. Pertamina tidak akan jual rugi untuk BBM keekonomian,” ujar Hanung.

BBM nonsubsidi terdiri atas BBM untuk sektor industri dan transportasi. Harga premium untuk sektor industri turun sekitar 4,75 persen dari rata-rata Rp 5.200 per liter menjadi Rp 5.000 per liter. Harga solar tetap berada di kisaran Rp 5.300 per liter.

Pertamina menyesuaikan harga bahan bakar nonsubsidi setiap dua minggu sekali. Namun, terhitung mulai 15 Januari 2009, perseroan tidak lagi memublikasikan harga BBM nonsubsidi untuk industri. Hanung tidak menampik bahwa perusahaan berusaha agar kompetitor tidak mudah memantau harga Pertamina yang selama ini selalu menjadi acuan mereka.

Selain mempertahankan harga BBM untuk industri, Pertamina juga tidak menurunkan harga bahan bakar khusus pertamax dan pertamax plus. Upaya menahan harga bensin super juga dilakukan oleh Shell Indonesia. Manajer Komunikasi Shell Indonesia Fathia Syarif mengatakan, harga jual Shell Super tetap Rp 5.900, sedangkan Shell Super Extra Rp 6.400 per liter.

Secara terpisah, Komisi Pengawas Persaingan Usaha menyatakan bahwa harga produk migas baik yang disubsidi maupun tidak seharusnya ditetapkan oleh pemerintah.

Anggota KPPU Tadjuddin Noersaid menilai, sesuai revisi Undang-Undang Migas, pemerintah juga harus berperan menetapkan harga pada pasar yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka, harga produk non- subsidi seperti pertamax dan elpiji tak seharusnya dipandang sebagai kewenangan pelaku usaha.

Terkait upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar masyarakat, Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Siswono Yudo Husodo mengatakan, industri etanol perlu dikembangkan secara luas di pedesaan. Dengan membangun industri etanol di pedesaan dalam skala yang kecil dan masif, dan bersumber dari bahan baku lokal seperti molase, ubi kayu, atau jagung, dari buah jarak pagar, akan menumbuhkan ekonomi pedesaan.

”Dengan membangun industri etanol di pedesaan, saya yakin dalam dua tahun tidak perlu lagi subsidi gas, dan ekonomi pedesaan akan tumbuh,” katanya.(DOT/MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com