Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengolah Gula Aren dengan Bantuan Panas Bumi

Kompas.com - 23/02/2009, 20:47 WIB

PANAS BUMI, saat ini menjadi salah satu energi alternatif yang terus dikembangkan di Indonesia. Energi tersebut merupakan energi terbarukan dan berkelanjut an, serta ramah lingkungan. Panas bumi di Indonesia berada dalam jalur vulkanik yang tersebar mulai dari Aceh hingga Sulawesi Utara.

 

Sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, energi panas bumi di Indonesia telah dikembangkan untuk menghasilkan energi listrik. Daerah-daerah yang berada dalam wilayah kerja pengusahaan PT Pertamina Geothermal Energy meliputi Sibayak di Sumatera Utara, Sungai Penuh di Jambi, Lumut Balai di Sumatera Selatan, Hululais di Bengkulu, Kotamobagu dan Lahendong di Sulawesi Utara, Kamojan g di Jawa Barat, serta Ulubelu di Lampung.

Dalam perkembangannya, saat ini energi panas bumi tidak hanya dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik, tetapi juga untuk pengolahan pada industri makanan. Hal tersebut seperti dilakukan di wilayah Lahendon g. Energi panas bumi dari wilayah tersebut juga dimanfaatkan untuk mengolah gula aren di Pabrik Gula Aren Masarang, Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

Unit pengolahan gula aren Masarang mulai dibangun sejak tahun 2004. Ketua Yayasan Masarang, Willie Smith, Ju mat (20/2) mengatakan, panas bumi digunakan untuk semua proses pengolahan gula aren. Uap dari energi panas bumi diperoleh secara cuma-cuma dari PT Pertamina Geothermal Energy.

Menurut dia, pemanfaatan energi panas bumi untuk mengolah gula aren, sangat mem bantu peningkatan pendapatan sekitar 6.285 petani aren di wilayah tersebut. Pasalnya, aren merupakan salah satu tanaman yang tumbuh secara produktif di wilayah Tomohon. Selain itu, pemanfaatan panas bumi juga ikut membantu mencegah terjadinya kerusakan al am, akibat pengambilan kayu di hutan secara liar.

Smith mengatakan, sebelum berdiri pabrik gula aren, petani aren memasak sendiri nira yang mereka dapatkan. Rata-rata setiap petani membutuhkan 30 kilogram kayu bakar untuk memasak nira segar. Apabila terdap at 3.500 petani yang memasak nira, dibutuhkan sekitar 50.000 meter kubik kayu per tahun, atau setara dengan 200.000 pohon sedang per tahun. "Otomatis mereka mengambil dari hutan, sehingga akan menimbulkan kerusakan lingkungan," katanya.

Selain itu, siste m pengolahan nira aren secara tradisional juga memiliki beberapa kelemahan. Pengolahan tersebut tidak memiliki standar kebersihan, menggunakan produk campuran dengan kadar bervariasi, serta tidak memiliki standar kualitas dan standar bungkus.

Dengan meng gunakan panas bumi, berbagai kelemahan tersebut dapat dihindarkan. Saat ini, produk gula aren dari pabrik gula Masarang diekspor ke Eropa dengan harga sekitar Rp 110.000 per kilogram. Harga tersebut jauh lebih tinggi dari harga gula arean di pasar lokal, yang hanya sekitar Rp 28.000 per kilogram.

Besarnya manfaat panas bumi pada industri pengolahan gula aren juga diakui Direktur Pabrik Gula Aren Masarang, Erwin Tanauma. Saat ini, pabrik gula tersebut mampu memproduksi sekitar 25.000 liter nira per hari, d engan jumlah tenaga kerja 35 orang. Volume gula aren yang dihasilkan dari nira sebanyak itu mencapai sekitar tiga ton per hari.

Menurut dia, petani menyerahkan nira ke pabrik melalui koordinator kelompok tani. Perusahaan membeli nira tersebut seharga Rp 1.000 per liter.

Koordinator petani aren Desa Gayawung, Tomohon, Roli Muningka mengatakan, rata-rata setiap petani mampu menghasilkan sekitar 50 hingga 300 liter nira per hari. Dengan menjual melalui pabrik, penghasilan mereka jauh lebih besar bila diban dingkan harus memasak sendiri nira tersebut.

Pasalnya, harga nira di pasar tradisional sangat murah, hanya sekitar Rp 5.000 per kilogram. Kalau dimasak sendiri, pendapatannya hanya separuh dari kalau dijual di pabrik, katanya.

Koordinator petani Desa taratara, Tomohon, Daniel Rawung mengatakan, penghasilan petani yang menjual nira ke pabrik mencapai dua kali lipat bila dibandingkan petani yang memasak sendiri nira mereka. Meskipun demikian, hingga saat ini, masih terdapat beberapa petani yang memilih memasak nira sendiri.

Mereka terkendala jarak untuk menyetorkan nira ke pabrik. Para petani tersebut menyadap nira pada pukul 06.00 hingga 09.00. Kami menginginkan agar nira sampai ke pabrik pada pukul 08.00, sementara ada petani yang jarak rumahnya jauh, katanya.

Manajer Enjinering Pertamina Geothermal Energy Area Lahendong, Wawan Darmawan mengatakan, pemanfaatan panas bumi secara gratis untuk pengolahan gula aren merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan atau company s ocial responsibility (CSR). Dengan upaya tersebut, hasil yang diperoleh lebih besar bila dibandingkan dalam bentuk bantuan uang. Selain untuk pengolahan gula aren, saat ini panas bumi juga mulai dikembangkan untuk pengeringan kopra, cengkeh, dan vanili.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com