Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belut: Pembeli Luar Negeri Bertambah, Pasokan Kurang

Kompas.com - 10/03/2009, 07:40 WIB

Sebagai makhluk lumpur, belut mengandung potensi ekonomi luar biasa. Permintaannya naik saban tahun, baik dari pembeli luar negeri maupun pasar lokal. Ini peluang sebab belum banyak yang menekuni bisnis budidaya belut.

Rasanya yang gurih dan penuh gizi membuat belut tak hanya diminati penikmat kuliner dalam negeri, tapi juga luar negeri, seperti dari Jepang, Korea, Hongkong, Belgia, Spanyol, Perancis, Belanda, Jerman, dan Denmark.

Belakangan, permintaan belut dari luar negeri kembali melonjak. Tak percaya? Silakan buka beberapa situs di internet, macam www. indonetwork. com. Di situs ini permintaan belut sedang menggunung. Ini jadi rezeki nikmat para pebisnis belut.

Salah satunya Prio Daryoko. Meski sedang krisis global, Pemilik PT Agrindo Jaya ini meraih berkah dari lonjakan permintaan belut dari sejumlah negara, seperti Jepang, Korea, dan Hongkong. Secara kasar, Prio memperkirakan lonjakan permintaan belut dart ketiga negara itu rata-rata sekitar 7 persen hingga 18 persen per tahun.

Setiap bulan Prio memasok sekitar 80 ton belut hidup dan belut asap ke Jepang. Sementara, ke Korea Selatan, ia mengirim sekitar 40 ton sampai 45 ton belut hidup dan belut beku. Ke Hongkong, ia nmengirim sekitar 15 ton-20 ton belut hidup. "Permintaan selalu naik. Sayangnya, pasokan terkadang kurang," ujarnya.

Budy Kuncoro, Ketua Gabungan Orang Belut Semarang dan sekitarnya (Gobes's), membenarkan, permintaan belut dari mancanegara terus naik. Selama ini, ia memasok ke Singapura dan Malaysia.

Permintaan dari pasar lokal pun tak kalah banyak. Pekalongan, misalnya, butuh sekitar 100 kilogram  belut sehari. Sementara Pati butuh 50 kg belut sehari. "Rata-rata untuk usaha pecel belut dan abon," kata Budy. Untuk pasar ekspor, harga satu kilo belut berisi tujuh ekor dihargai Rp 40.000 per kg. Di pasar lokal harganya Rp 25.000.

Budy mengaku telah menemukan cara budidaya belut yang lebih hemat, yakni menghemat pakan dengan memanfaatkan keong mas, bekicot, atau yuyu. Dengan cara Budi ini, biaya produksi sekilo belut isi tujuh ekor hanya Rp 16.000. Dus, pebudidaya pun bisa balik modal dalam lima bulan.

Jika ingin budidaya belut, Anda harus membuat kolam. Taruh lapisan lumpur dengan jerami yang dibusukkan selama dua minggu sampai keluar cacing. Setelah busuk, air lantas diganti, kemudian masukkan bibit belut. "Sebaiknya, cari bibit belut basil tangkapan atau budidaya," ajar Budy. Harga bibit belut Rp 40.000 per kilogram.

Selanjutnya, belut diberi pakan hama sawah setiap dua hari sekali. Pakan hama sawah itu seperti keong mas, bekicot, atau yuyu. Setelah 3,5 bulan, petani  bisa memanen belut ukuran sekilo isi 15 ekor. Dalam lima bulan, panennya sekilo isi tujuh ekor. (Aprillia Ika/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com