Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajinan Logam, Ikon Purbalingga yang Mulai Suram

Kompas.com - 23/06/2009, 18:31 WIB

 

KOMPAS.com - Entah sejak tahun berapa persisnya kerajinan logam Purbalingga mulai ada. Banyak perajin meyakini sejak masa Kolonial Belanda pun industri kecil rumahan ini sudah eksis. Dan, kerajinan ini mencapai puncakn ya pada tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an. Sayangnya, memasuki akhir dekade 2000-an ini, industri kerajinan yang pernah menjadi ikon Purbalingga tersebut kini terancam dalam keterpurukan.

Awalnya, kerajinan logam di Purbalingga adalah industri sederhana pembuatan perangkat gamelan dan alat-alat rumah tangga dari logam. Para perajin bekerja laksana pande besi dengan alat cor sederhana.

Sejak akhir 1970-an, seiring kebijakan ekonomi terbuka pemerintah Orde Baru, khususnya untuk produk otomotif, in dustri kerajinan logam Purbalingga, berkembang menjadi industri rumahan berskala massif, khususnya produk knalpot. Kerajinan knalpot seakan menjelma menjadi tambang emas bagi banyak warga di wilayah tersebut.

Pusat kerajinan knalpot yang semula hanya di wilayah perkotaan, menyebar hingga ke sejumlah penjuru. Hal itu tak terlepas dari tingginya permintaan pasar akan produk dari Purbalingga. Terlebih, persaingan kala itu belum seketat saat ini.

Agus Adi Admaja, salah seorang perajin knalpot di Bojongsari, Purbalingga menuturkan, pada era akhir 70-an hingga pertengahan 90-an, ada ribuan perajin knalpot di Purbalingga. Terlebih seiring penggunaan peralatan las yang lebih modern dari semula yang hanya cor besi.

Anak kecil dan remaja pun waktu itu banyak yang mampu membuat knalpot sederhana saking populernya knalpot Purbalingga. "Banyak yang kemudian putus sekolah dan memilih bekerja di knalpot karena uangnya besar," tutur dia.

Orang-orang kaya baru dari hasil membuat kerajinan knalpot dan kompor pun bermunculan. Namun, kesuksesan usaha itu tak diimbangi kesadaran mengarahkan investasi bagi inovasi, peningkatan keterampilan, dan modal untuk usaha ke depan.

Pada pertengahan 1990-an, situasi pasar berubah. Di berbagai daerah bermunculan usaha-usaha kerajinan logam. Sedikit demi sedikit knalpot Purbalingga kian tergeser. Kondisi kian buruk kala krisis ekonomi menerpa pada tahun 1998.

Peralihan generasi perajin tak diimbangi peningkatan keterampilan berproduksi dan manajerial. Pasalnya, banyak generasi yang t umbuh pada masa keemasan kerajinan logam Purbalingga terlena dengan keadaan. Sebagian besar di antara mereka putus sekolah dan lebih banyak berkecimpung dengan kerajinan logam orangtuanya. Tak adanya investasi keterampilan dan pengetahuan membuat daya sai ng kerajinan ini pada masa kompetisi pasar terbuka yang muncul pascakrisis ekonomi membuat industri logam Purbalingga semakin tak berkutik.

Jumlah perajin pun kian sedikit. Dari semula ribuan, kini tinggal sekitar 250 perajin. Dari jumlah itu, diperkirakan hanya 50 persen yang masih aktif.

Situasi semakin sulit bagi perajin logam dengan melambungnya harga-harga bahan baku logam, yang dari tahun ke tahun naik hingga 60 persen. Kenaikan harga bahan bakar minyak yang terjadi beberapa kali pada masa pascakri sis pun kian menggerus keuntungan mereka.

Salim (40), perajin di sentra kerajinan logam Pesayangan, Purbalingga, mengatakan, selain kenaikan harga bahan baku dan BBM, masalah lainnya adalah kian terbatasnya pasar bagi knalpot Purbalingga. Saat ini, sebag ian besar industri knalpot Purbalingga hanya mengandalkan permintaan dari bengkel-bengkel otomotif. Jauh lebih besarnya penawaran dibanding permintaan membuat pasar knalpot Purbalingga kian jenuh. Perajin lebih banyak didikte bengkel dalam harga. "Antarperajin pun terjadi persaingan yang tak sehat. Akhirnya makin sulit saja," kata dia.

Agus menambahkan, kualitas dan minimnya inovasi membuat produk-produk sebagian perajin knalpot Purbalingga tak mampu menembus pasar yang lebih luas. Umumnya, sebagian besar perajin hanya mencontoh model knalpot yang lagi ngetrend. Bila satu perajin melakukan hal itu, perajin lainnya akan mengikuti. Minimnya inovasi ini membuat mereka sulit menjual produknya ke luar, tandas Agus.

Namun demikian, tak semua perajin mengalami keterpurukan. Dalam beberapa tahun terakhir, justru muncul perajin-perajin muda yang lebih inovatif. Merekalah yang kini eksis di tengah banyaknya perajin logam Purbalingga yang terpuruk.

Ini seperti yang dilakukan Agus dan Muhajirin, dua perajin mudah Purbalingga yang kini mampu menembus pasar industri otomatif pabrikan besar semacam Toyota dan Mercy. Semoga langkah perajin-perajin dari generasi muda ini menjadi titik cerah kembali bangkitnya industri logam Purbalingga yang kini terpuruk.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com