Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Bisa Bikin Bangkrut Pengusaha Keripik Nanas

Kompas.com - 03/08/2009, 11:22 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com — Pengusaha keripik nanas di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, mengaku pemadaman listrik secara tidak beraturan oleh PLN sangat merugikan mereka sehingga mengakibatkan usaha mereka terancam bangkrut.
    
"Sejak adanya pemadaman listrik secara tidak beraturan bahkan lebih lama padamnya daripada hidupnya, menyebabkan kami sangat rugi. Ongkos produksi lebih besar dibanding harga jual keripik nanas," kata seorang pengusaha keripik nanas, Muslimin, di Kualu Nenas, Senin.
     
Menurut Muslimin, matinya listrik dalam waktu yang lama dan tidak beraturan mengakibatkan ia harus mempergunakan mesin diesel untuk mengoperasikan mesin vakum yang berfungsi sebagai alat pengorengan nanas. Ia mengatakan, menggoreng nanas secara otomatis itu dilakukan selama tiga jam dan jika dalam masa tiga jam ia mempergunakan mesin diesel itu sama dengan menghabiskan bahan bakar solar sebanyak lima liter.
     
"Harga solar Rp 4.500/liter. Kadang solar juga sulit didapat sering kosong di SPBU (stasiun pengisian bahan bakar untuk umum) dan listrik pula kadang hanya hidup dua jam dalam sehari," ungkap Muslimin.
      
Ayah beranak lima itu mengatakan, bahan baku produknya adalah nanas. Buah tersebut tidak dapat bertahan lama jika tidak cepat diolah dan itu sebabnya setiap hari ia mengolah nanas jadi keripik, baik saat listrik hidup ataupun listrik mati.
     
Jika langkah itu tidak dilakukan, maka bahan baku yang telah dibelinya dari masyarakat itu akan membusuk. Ia mengatakan, pembuatan produk keripik nanas yang menjadi andalannya itu sangat tergantung energi listrik dan karena listrik sering padam menyebabkan ia menambah ongkos produksi membelikan solar untuk mesin dieselnya.
     
Pengusaha industri kecil bernama Berkat Bersama itu mengharapkan perhatian pemerintah untuk campur tangan membenahi listrik di daerah itu karena PLN sangat tidak dapat diharapkan. Walaupun di daerah mereka ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kotopanjang, masyarakat Kampar paling didera jika sudah musim kemarau karena tidak dapat menikmati listrik.
      
"Kami mengharapkan pemerintah cepat turun tangan. Bagi kami usaha kecil ini, listrik PLN sangat dibutuhkan," katanya. Ketika ditanya perihal pengolahan produknya, menurut dia, setiap hari 500 kilogram nanas mentah diolahnya menjadi keripik yang menghasilkan 50 kilogram keripik nanas dengan harga jual Rp 80.000/kg.
     
Adapun harga beli nanas dari masyarakat untuk ukuran kecil Rp 2.000/butir, sedangkan ukuran super Rp 3.000/butir. "Jenis nanas yang saya olah dan banyak terdapat di kampung kami ini yakni nanas moris. Sejak adanya usaha pengolahan nanas jadi keripik petani nanas di daerah ini tidak lagi kebingungan memasarkan buah nanas karena ada yang menampung hasil panen mereka," ungkap Muslimin.
      
Ia mengatakan, masyarakat di daerahnya pada umumnya menggantungkan hidup dari hasil kebun nanas dan itu sebabnya nama kampung mereka Kualu Nenas. Saat panen nanas, buah tersebut dulu sulit dipasarkan karena tidak ada pengolahan buah nanas.
     
"Dulu jika nenas sedang berlambak (saat panen) paling hanya dibawa dalam bentuk buah mentah ke Pekanbaru ataupun ke Sumatera Barat. Tapi kini sudah ada usaha pengolahan yang menampung hasil panen masyarakat," katanya.
 
Muslimin merupakan pengusaha kecil yang merintis pembuatan keripik nanas di daerah itu. Sebelumnya ia hanya petani nanas dengan luas kebun nanas yang ditanaminya sejak tahun 1988 seluas dua hektar.
    
Berbekal uang Rp 500.000 ia nekat mengolah buah nanas menjadi keripik pada tahun 2003. Padahal, waktu itu sesuatu usaha yang tidak pernah dilakukan karena nanas merupakan bahan yang berair banyak dan bagaimana pula untuk mengeringkannya jadi keripik.
    
Bahkan, ia juga tidak dapat pinjaman uang karena tidak ada bank yang mau sebagai penjamin dan tidak ada pula bantuan dari pemerintah daerah. Namun, tekad kerasnya itu berbuah hasil dan saat ini ada enam usaha kecil yang memproduksi keripik nanas di Kampar. Masyarakat di daerah itu meniru jejak Muslimin mengembangkan nanas jadi produk unggulan baru. Selain keripik nanas, ia juga membuat keripik nangka, durian, dan mangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com