Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPK Telusuri Larinya Dana Bank Century

Kompas.com - 01/09/2009, 22:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution menyatakan, pihaknya saat ini tengah menelusuri melalui audit investigasi apa yang menjadi penyebab kegagalan secara sistemik Bank Century dan ke mana saja larinya dana yang masuk dan kelua r melalui neraca Bank Century dari sisi aktiva dan pasiva.

Audit dilakukan atas permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan DPR. Hal itu disampaikan Anwar Nasution menjawab pers, di sela-sela acara buka puasa bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dengan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (1/9) malam.  

Audit sudah kita lakukan sejak 26 Agustus lalu. Kita (auditor BPK) baru bisa masuk setelah Pak Darmin (Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Darmin Nasution) terpilih dan menjabat. Dalam audit itu, kita akan melihat neraca Bank Century, yang ada terdiri dari dua sisi, yaitu aktiva dan pasiva.

Menurut Anwar, dari informasi yang diterimanya, Bank Century sejak merger tahun 2004 silam memang sudah bermasalah. Saya mendengar adanya sejumlah praktik perbankan yang tidak benar seperti pelanggaran Capital Adequasi Ratio (CAR) dan Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK) serta penerbitan surat berharga yang uangnya tidak masuk dan lainnya. Seperti yang dibila ng Pak Wapres Kalla (Muhammad Jusuf Kalla), memang ada masalah di pengawasan perbankan, tambah Anwar.

Tentang pembengkakan dana penyehatan yang semula hanya Rp 1,3 triliun dan meningkat menjadi Rp 6,7 triliun, Anwar mengaku masalah seperti itu yang telah diinventarisasi para auditor BPK untuk diaudit.

Ditanya apakah aliran dana nasabah besar Bank Century seperti pengusaha Hartati Murdaya dan PT Sampoerna yang telah menarik dananya besar-besaran, juga akan ditelusuri BPK, Anwar menjawab, "Itu, saya belum tahu. Yang jelas, tentu, BPK akan menelusurinya. Kita tunggu sajalah auditnya," ujar Anwar.

Mengenai independensi audit BPK yang akan dijalani jika ternyata kasus Bank Century ada unsur politiknya terkait dana pemilihan Presiden, Anwar mengaku tidak ada ikut campur apabila ada urusan politik. " Saya tidak tahu urusan politik. Yang jelas, BPK akan bersikap independen. BPK tidak berpihak kepada siapapun juga," lanjutnya.

Sementara, mengenai hasil audit investigasinya, Anwar menjanjikan audit akan diusahakan selesai sebelum Idul Fitri 1430 Hijriah mendatang. "Insya Allah akan kita selesaikan sebelum Lebaran, karena ini jadi perhatian masyarakat luas. Oleh sebab itu, saya minta mereka (auditor) mengebut, jangan tidur sebelum sahur," kata Anwar .

Sama dengan BLBI

Di tempat yang sama, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazir mengaku kasus Bank Century hampir sama dengan kasus BLBI yang terjadi tahun 1998 silam, meskipun dengan skala dana yang kecil-kecilan. Namun, dari sisi orang-orang dan lembaga yan g terkait dengan kasus itu masih sama dengan kasus BLBI. Modusnya juga sama. Ibarat pemain dalam dunia kriminal, kasus Bank Century masih dilakukan oleh residivis kambuhan, kata Fuad.

Dikatakan Fuad, kebijakan BI dan pemerintah tidak menutup Bank IFI dan tidak menolong Bank Indover, juga sudah betul, mengingat uang negara tidak keluar. Namun, pada kasus Bank Century, mengapa BI tidak berhati-hati mengingat bank tersebut banyak melakukan praktik perbankan yang tidak benar seperti penerbitan obligasi bodo ng (tidak bernilai) dan Surat Kredit (L/C) fiktif, serta kerugian bank yang cukup besar.

Jadi, tidak logis kucurkan dana sampai Rp 6,7 triliun dari sebelumnya Rp 1,3 triliun. Tentu ada sesuatu di balik itu yang tidak beres. "Itu menurut saya, yang harus diselidiki siapa yang mau diselamatkan?" demikian Fuad.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com