Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segmentation is Communitization

Kompas.com - 28/09/2009, 09:32 WIB

KOMPAS.com - Di dalam konsep pemasaran dengan gaya ‘legacy’ yang sifatnya vertikal, segmentasi adalah proses memanfaatkan peluang dengan membagi-bagi pasar menjadi beberapa segmen. Pasar dipetakan berdasarkan karakteristik yang Anda tentukan, sehingga perusahaan Anda bisa melihat lebih jelas pasar mana yang akan dimasuki. Segmentasi adalah sebuah seni mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada di pasar dengan melihat pasar secara kreatif.

Pemasar yang smart biasanya melakukan segmentasi dengan cara mengelompokan pasar  berdasarkan atribut yang sifatnya statis ataupun dinamis. Atribut statis artinya variable yang digunakan tidak selalu mencerminkan perilaku pembelian atau penggunaan dan tidak secara langsung mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli.

Contoh jenis atribut semacam ini adalah segmentasi yang yang berdasarkan variable geografi dan demografi. Segmentasi yang seperti ini lebih mudah dilakukan, namun sayangnya sering kali tidak ’berbunyi’ karena tidak memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana konsumen memilih dan membeli suatu produk.

Beda halnya dengan segmentasi berdasarkan atribut dinamis (segmentasi berdasarkan nilai-nilai psikografis, perilaku, atau juga behavioral), yang dapat secara dalam mencerminkan karakteristik sesungguhnya konsumen.

Dilihat secara konsepnya segmentasi memang penting, bukan saja karena mengingatkan bahwa pasar tidak bisa dipukul sama rata, namun juga karena segmentasi terkait dengan strategi pemasaran Anda.

Segmentasi adalah praktek ’legacy’ karena ia dilakukan secara top-down atas inisiatif perusahaan yang mengkotak-kotakan konsumennya berdasarkan atribut yang ada. Ia merupakan peta cakrawalanya pemasar untuk melihat kondisi pasar termasuk konsumennya yang berbeda, untuk kemudian ditembak untuk menjadi pelanggan.

Di zaman New Wave seperti sekarang, kita sendiri sudah melihat bahwa teknologi Web 2.0 membawa kita ke era horisontal, di mana konsumen ingin lebih dianggap sebagai manusia seutuhnya bukan sebagai sasaran tembak pemasar. Dengan demikian, praktek memetakan konsumen ke dalam kelompok berdasarkan atribut dinamis atau statis sudah menjadi kurang relevan lagi.

Berbagai alat Web 2.0 mulai dari blog, wiki, tags, RSS dan sebagainya, membawa kita pula ke jaman di mana konsumen menjadi lebih sosialis dan komunal berlandaskan persaudaraan.  Maka dari itu, sudah seharusnya praktek segmentasi yang dilakukan oleh pemasar dirubah untuk mencoba merespons gelombang baru di dunia pemasaran ini.

Caranya adalah berubah dari vertikal ke horisontal. Kalau dulu kita melakukan praktek segmentasi yang vertikal yaitu melihat konsumen sebagai sekelompok orang yang memiliki karakteristik yang sama yang menyebabkan mereka untuk membeli sesuatu yang sama, di mana mereka tidak kenal sama lain, dan di mana mereka menjadi target pemasaran kita.

Di era New Wave seperti sekarang, kita melakukan praktek segmentasi yang lebih horisontal yaitu melihat konsumen sebagai sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain, dan memiliki kesamaan nilai-nilai, interest, dan tujuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com