Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waralaba Makanan Cepat Jenuh?

Kompas.com - 05/10/2009, 20:28 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Usaha waralaba di bidang makanan lebih cepat jenuh dibanding bidang lain. Dari sekitar 20 usaha waralaba makanan yang muncul di DIY, saat ini hanya sekitar 35 persen yang bisa terus berkembang.

Ketua Paguyuban Alumni Waralaba Yogyakarta Annas Yanuar mengatakan, pertumbuhan waralaba makanan di DIY cukup tinggi. Selain waralaba lokal, ada banyak waralaba dari luar yang masuk. "Hal itu membuat masyarakat cepat merasa jenuh dengan jenis-jenis makanan yang ditawarkan. Usaha makanan itu paling riskan karena larinya ke rasa . Kalau tidak ada variasi konsumen akan cepat jenuh," katanya, Senin (5/10).

Walaupun banyak usaha waralaba yang tidak berlanjut, lanjut Annas, animo pengusaha untuk mewaralabakan usahanya masih besar. Permintaan dari calon investor pun masih ti nggi. Banyaknya mahasiswa di DIY dianggap sebagai pasar potensial bagi usaha waralaba. Pemilik Soto Ponorogo dan Bakmi Kadin, misalnya, tengah menjajagi kemungkinan untuk mewaralabakan usahanya.

Menurut Annas, kreativitas pelaku wirausaha di DIY dalam menciptakan ide usaha memang tinggi. Secara nasional, saat ini jumlah usaha waralaba yang muncul di DIY menempati posisi kedua setelah Jakarta. "Waralaba di bidang jasa, pendidikan sampai kuliner tetap diminati. Jumlah yang muncul di DIY sekitar 50-an, dengan ribuan gerai yang tersebar ke seluruh Indonesia," ujarnya.

Secara terpisah, pemilik usaha waralaba Tela Tela Febri Triyanto mengatakan, usaha di bidang makanan memang memiliki siklus jenuh. "Jika dulu di DIY ada 100 gerai Tela Tela, kini jumlahnya tinggal sekitar 50 gerai. Sedangkan secara nasional Tela Tela saat ini punya 1.650 gerai. Tahun 2005 gerobak Tela Tela di DIY sangat banyak. Di satu sisi omzetnya bisa sangat tinggi, di sisi lain itu menimbulkan kejenuhan dan persaingan sehingga perlu dikurangi," katanya.

Menurut dia, bertahannya usaha waralaba juga sangat tergantung pada faktor manusia. Meski menjadi usaha sampingan, pembeli merek waralaba harus tetap menseriusi usahanya. Selain itu, inovasi produk harus terus dilakukan.

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Trafik Pengiriman Lion Parcel Naik 40 Persen Selama Ramadhan 2024

Trafik Pengiriman Lion Parcel Naik 40 Persen Selama Ramadhan 2024

Whats New
OJK Sebut Investree Belum Capai Ketentuan Modal Minimum

OJK Sebut Investree Belum Capai Ketentuan Modal Minimum

Whats New
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Ini Respons Asosiasi

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Ini Respons Asosiasi

Whats New
Gelar Kuliah Umum, Politeknik Tridaya Virtu Morosi Soroti Peran Mahasiswa dalam Perkembangan Industri Hilirisasi

Gelar Kuliah Umum, Politeknik Tridaya Virtu Morosi Soroti Peran Mahasiswa dalam Perkembangan Industri Hilirisasi

Whats New
Alfamidi Blak-blakan soal Penertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Alfamidi Blak-blakan soal Penertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Whats New
Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Work Smart
J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

Whats New
Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Whats New
Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Targetkan Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Targetkan Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Whats New
Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Whats New
Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Whats New
Proyek Perpanjangan Kereta Cepat sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Proyek Perpanjangan Kereta Cepat sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com