Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Saatnya Gaji Menteri Naik...

Kompas.com - 26/10/2009, 18:00 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dr Sri Adiningsih mengatakan, gaji menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) periode 2009-2014 belum saatnya dinaikkan karena masih banyak pengangguran.

"Di tengah masih banyaknya pengangguran dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat krisis global, rencana kenaikan gaji para menteri sebaiknya tidak direalisasikan dulu," katanya di Yogyakarta, Senin (26/10).

Menurut dia, isu kenaikan gaji para menteri yang baru dilantik itu sangat sensitif dan akan membuat masyarakat sakit hati karena masih banyak pengangguran dan korban PHK di negeri ini.

Meskipun dari segi anggaran kenaikan gaji menteri tidak berpengaruh signifikan, akan lebih bijaksana jika rencana kenaikan gaji para pembantu presiden itu ditunda, atau jika tidak, kenaikan dilakukan secara bertahap. "Kenaikan gaji menteri memang tidak terlalu signifikan dari segi anggaran, tetapi pada saat ini akan lebih bijaksana jika kenaikan ditunda atau dilakukan secara bertahap. Jadi, tidak seperti rencana naik 3-4 kali lipat," katanya.

Menanggapi rencana adanya posisi wakil menteri, Adiningsih mengatakan, posisi itu tidak efektif karena berdasarkan bobot pekerjaan tidak terlalu dibutuhkan.  Menurut dia, untuk beberapa pos kementerian yang direncanakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), akan ada wakil menteri yang tidak efektif karena sudah ada direktur jenderal (dirjen).

"Sebenarnya di semua departemen sudah ada dirjen, staf ahli, dan asisten, dan itu sudah cukup efektif. Jadi, tidak perlu ada wakil menteri," kata dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM itu.

Pengamat politik dari UGM Yogyakarta Arie Sujito mengatakan, DPR RI harus berani menolak rencana kenaikan gaji para menteri dan tidak mendukungnya. Parlemen harus menolak keras rencana itu. "Rencana kenaikan gaji menteri di awal pembentukan KIB periode 2009-2014 itu semakin memerosotkan citra mereka di mata publik di samping persoalan mendasar lainnya," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM ini.

Persoalannya, menurut dia, banyak tudingan pos yang mereka tempati bertolak belakang dengan kemampuan dan bidangnya hingga kontrak politik yang dilakukannya dengan SBY. "Selain itu, para menteri baru SBY-Boediono itu semakin memiliki beban psikologis yang berat di masa 100 hari kerjanya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

Cara Kirim Paket Barang lewat Ekspedisi dengan Aman untuk Pemula

Whats New
Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

Cara Top Up DANA Pakai Virtual Account BRI

Spend Smart
Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

Cek Daftar Pinjol Resmi yang Berizin OJK Mei 2024

Whats New
Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

Penyaluran Avtur Khusus Penerbangan Haji 2024 Diproyeksi Mencapai 100.000 KL

Whats New
Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

Pemilik Kapal Apresiasi Upaya Kemenhub Evakuasi MV Layar Anggun 8 yang Terbakar

Whats New
Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

Langkah AJB Bumiputera 1912 Setelah Revisi Rencana Penyehatan Keuangan

Whats New
KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

KKP dan Polri Gagalkan Penyelundupan 125.684 Benih Bening Lobster di Jambi

Whats New
Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

Sulbar akan Jadi Penyuplai Produk Pangan untuk IKN, Kementan Beri Benih Gratis

Whats New
Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

Emiten Tambang Samindo Resources Catatkan Kenaikan Pendapatan 33,5 Persen Per Kuartal I-2024

Whats New
OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

OJK Sebut Klaim Asuransi Kesehatan Lebih Tinggi dari Premi yang Diterima Perusahaan

Whats New
SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

SKK Migas dan Mubadala Energy Temukan 2 TFC Potensi Gas di Blok South Andaman

Whats New
Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Perkuat Bisnis di RI, Perusahaan Pemurni Air Korea Dapat Sertifikat Halal BPJPH

Whats New
Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Upaya Kemenparekraf Jaring Wisatawan Asing di Korea Selatan

Whats New
Libur 'Long Weekend', 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Libur "Long Weekend", 2 Lintasan Utama ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Unit Kendaraan

Whats New
Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com