Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Pengusaha Kelas Menengah Rugi Puluhan Miliar Rupiah

Kompas.com - 02/12/2009, 09:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Yang terkena dampak krisis bukan hanya perusahaan besar. Asosiasi Usaha Menengah Indonesia (AUMI) mencatat, sekitar 17 persen atau 153 dari 900 perusahaan anggotanya juga mengalami rugi puluhan miliar gara-gara krisis ekonomi global yang melanda sejak tahun lalu.

Pelaku usaha yang merugi itu bergerak di sektor industri kayu, mesin, dan kimia, dan juga di sektor jasa seperti pengiriman barang. "Tapi, sejauh ini belum ada yang mati," ujar Ilhamy Elias, Ketua AUMI, Selasa (1/12).

Ilham mengungkapkan, nilai kerugian satu perusahaan bisa mencapai Rp 1 miliar. Kerugian terjadi akibat penurunan permintaan dari perusahaan besar yang selama ini menjadi pemesan utama mereka. "Karena kebanyakan kita itu subkontraktor dalam skema klaster," lanjutnya.

Usaha kelas menengah versi AUMI adalah usaha yang mempekerjakan 20-500 tenaga kerja. Perusahaan ini umumnya mempunyai aset 30.000 dollar AS-3 juta dollar AS dan nilai transaksi usaha 100.000 dollar AS sampai 5 juta dollar AS per tahun.

Kondisi pengusaha menengah ini kian parah karena pasokan energi listrik tersendat belakangan ini. Pemadaman listrik menyebabkan produksi dan penghasilan pengusaha menjadi berkurang. Sebab, mereka sulit memenuhi pesanan.

Meski demikian, Ilhamy yakin, anggotanya yang merugi dapat terus beroperasi pada tahun ini. "Itu biasa. Apalagi mereka berbisnis belum sepenuhnya menggunakan asetnya, lebih banyak menggunakan jaringan," lanjut dia.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Departemen Perindustrian Fauzi Aziz mengakui, tekanan persaingan usaha di industri kelas menengah memang sangat sengit. Apalagi, pengusaha harus melawan serbuan produk impor China yang kian membanjiri pasar domestik. "Seperti tekstil. Produk mereka itu massal dan murah," lanjutnya.

Persaingan inilah yang kemudian memicu kerugian para pengusaha menengah tadi. "Faktor demand sedikit saja," tandas Fauzi. (Raymond Reynaldi/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com