Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putri Danis Angkat Batik Bayat

Kompas.com - 29/12/2009, 12:32 WIB

Prestasi Putri Danis Mahmudah (15) bikin bangga sekolahnya yang baruseumur jagung.

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 ROTA, Bayat, Klaten, ini meraih juara pertama lomba Youth Speak Writing Competition dengan tema "My City, My Heritage" yang diselenggarakan harian The Jakarta Post. Putri tidak menyangka tulisannya berjudul "Bayat, My Heritage Village" bakal menang. Pasalnya ada temannya yang lebih jago berbahasa Inggris ketimbang dirinya juga ikut serta.

Putri pun mengikuti lomba itu setengah hati, hanya untuk mengikuti permintaan penanggung jawab siswa dari Yayasan Titian. Yayasan ini menjadi mitra ROTA (Reach Out to Asia), yayasan yang bernaung di bawah Qatar Foundation yang membangun sekolahnya. "Ada lima siswa yang ikut lomba ini. Dua orang cerita soal batik, termasuk saya. Kalau teman cerita soal batik nusantara, saya pilih cerita soal batik bayat," kata Putri, Senin (28/12).

Kecamatan Bayat dikenal sebagai pusat perajin batik tulis dan gerabah. Dalam artikelnya, Putri bercerita batik bayat telah muncul sejak ratusan tahun lalu. Orang Keraton Surakarta banyak memesan batik kepada perajin Bayat. Putri menggali cerita dari neneknya yang juga pembatik.

Putri yang bercita-cita masuk sekolah desain mode ingin mengangkat batik dalam karyanya kelak, terutama batik bayat. Putri menulis tentang motif batik bayat yang banyak menggambarkan alam sekitar, seperti hewan dan tumbuhan, hingga proses pembuatan batik. "Barangkali isi tulisan yang membuat saya menang," kata Putri yang mendapat hadiah uang Rp 600.000 atas prestasinya itu.

Sekarang justru Putri menyesal mengapa tidak sejak dulu aktif mengikuti lomba-lomba. Pengalaman ini justru mencambuk siswa kelas 1 Jurusan Tekstil ini untuk lebih giat lagi mengaktualisasikan diri untuk mengukir prestasi. Putri tengah menunggu hasil lomba menulis artikel berbahasa Indonesia yang diselenggarakan sekolahnya sendiri.

Meski terletak di "pedalaman" Bayat, sekolah Putri yang dibangun dengan biaya Rp 30 miliar sungguh keren. Gedungnya baru dengan arsitektur minimalis dengan fasilitas lengkap, seperti bengkel kerja, perpustakaan, laboratorium bahasa dan komputer serta sarana penunjang, antara lain aula serbaguna, auditorium, lapangan olahraga, dan galeri karya siswa.

Ibunda putri, Idaningsih, adalah pembatik. Bapaknya, Sigit Waluyo, bekerja sebagai ahli pencampur warna di usaha batik milik keluarga Sapto Hoedojo di Yogyakarta. Meski begitu, sebelum masuk SMK, Putri tidak pernah menaruh perhatian pada batik. "Setelah belajar batik di SMK, ternyata batik itu asyik. Sekarang saya mengisi liburan dengan praktik membuat batik," kata Putri.

Prosesnya membuat artikel berbahasa Inggris cukup berliku. Putri lebih dulu membuat tulisan dalam bahasa Indonesia lalu menerjemahkannya dengan bantuan komputer ke bahasa Inggris. "Lalu saya perbaiki dengan membuka kamus. Guru saya juga membantu dengan memberi masukan agar tulisan saya tidak malu-maluin amat," katanya sambil terkekeh.

Putri yang mengaku mendapat nilai 7 untuk Bahasa Inggris tidak minder bersaing dengan siswa lain yang lebih jago bahasa Inggris. Baginya kesempatan tidak datang dua kali. Terbukti, tekad dan kerja kerasnya berbuah manis. (Sri Rejeki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com