JAKARTA, KOMPAS.com — Kendati banyak pihak mengkhawatirkan dampak buruk penerapan perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement, beberapa pelaku usaha mengakui bahwa perjanjian tersebut belum berdampak signifikan terhadap usahanya. Setidaknya, itulah yang diakui oleh pemilik perusahaan mainan, PT Safira Tumbuh Berkembang, Riza Ambadar.
Dia mengatakan sejauh ini usaha produk mainannya tidak terpengaruh pemberlakuan free trade agreement (FTA). Menurutnya, permintaan produk mainan, baik dari dalam maupun luar negeri masih tetap stabil hingga kini. "Tidak kena, tuh. Ya permintaan tidak ada penurunan," tuturnya.
Dia mengakui, kebijakan ini akan membuat produk mainan dari China semakin membanjiri Indonesia. Namun menurutnya, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang digalakkan pemerintah dinilai mampu membendung peredaran produk China masuk Indonesia. "SNI untuk mainan ini salah satu senjata pemerintah agar mainan China tidak banjir," tandasnya.
Safira Tumbuh Berkembang memproduksi mainan dari kayu karet dan pinus. Selain itu, Safira juga menyediakan furnitur anak-anak, dekorasi bayi, dan studi tur bernama Rumah Abia. Dalam tur ini, anak-anak akan belajar cara membuat mainan dari kayu.
Setiap bulannya, Safira berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar 20.000 dollar AS. Adapun pengunjung Rumah Abia bisa mencapai 400 anak per bulan. Satu anak akan dikenakan tarif Rp 25.000-Rp 30.000.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.