Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk China Sulit Dicegah

Kompas.com - 14/01/2010, 08:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Serbuan produk China sudah sulit dicegah. Pasar Tanah Abang sebagai ikon pusat perdagangan tekstil dan produk tekstil terbesar di Asia Tenggara sudah dikuasai 47 persen produk China. Produk lokal yang diakui cukup berkualitas dengan harga bersaing kian terancam.

Kondisi ini ditemukan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin Hasan saat berkunjung ke Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (13/1/2010). Kunjungan untuk melihat langsung keberadaan produk China, apalagi sejak 1 Januari 2010 diimplementasikan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China.

Angka 47 persen produk China di Tanah Abang itu diketahui dari secarik kertas dari CEO PT Priamanaya Radiza Djan kepada Menneg Koperasi dan UKM. Di situ tertulis perkiraan kasar produk China yang diperdagangkan di pusat grosir tekstil tersebut.

Produk China yang mulai menguasai Pasar Tanah Abang itu terdiri atas pakaian anak-anak dan anak dewasa, termasuk garmen berbahan baku jins. Tas China pun marak diperdagangkan.

Dari sejumlah kios, Menneg Koperasi dan UKM mendapatkan informasi bahwa produk Indonesia tidak kalah kualitasnya. Harganya pun lebih murah sehingga konsumen masih lebih banyak meminati produk Indonesia.

Namun, ketika ditanyakan bahan bakunya, sebagian besar pedagang menyebutkan, bahan baku asal China. Syarifuddin tidak terlihat kecewa. ”Tidak apa-apa. Yang penting bahan bakunya diolah di sini. Jadi, kita bisa membuka lapangan kerja dan mendapat nilai tambahnya, tidak sekadar memperdagangkan produk jadi dari China,” ujar Syarifuddin.

Kedatangan Menteri dan jajarannya yang didampingi pengelola pasar membuat sejumlah pedagang yang dikunjungi menunjukkan bahwa produk Indonesia tidak kalah bersaing. Harganya pun kompetitif.

Ahmad Amirudin, pedagang selendang, menunjukkan selendang China dan produk lokal. Selendang China ditawarkan Rp 17.500 per potong, sedangkan selendang lokal hanya Rp 15.000 per potong.

Yulia, pedagang busana muslim, pun menuturkan, baju koko dari China mencapai Rp 150.000 per potong. Produk lokal hanya Rp 125.000 per potong. ”Konsumen masih lebih memilih produk lokal,” katanya.

Namun, sejumlah pedagang yang ditemui Kompas tetap menyatakan, produk China lebih berkualitas. Murahnya harga produk China sudah sulit disaingi. Model dan motifnya mengikuti perkembangan zaman.

Industri manufaktur

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perindustrian, Riset, dan Teknologi Rahmat Gobel secara terpisah mengatakan, ”Tanpa FTA saja kita sudah keteteran menghadapi penetrasi produk manufaktur dari China.”

Menurut Rahmat, sektor yang sangat memprihatinkan adalah industri manufaktur. Sektor ini terus mengalami perlambatan hingga mencapai titik terendah pada triwulan III dengan pertumbuhan 1,3 persen.

Namun, Rahmat menegaskan, China tidak perlu ditakuti. Yang terpenting, pemerintah sungguh memprioritaskan proteksi terhadap masuknya produk luar yang dilakukan secara ilegal. Standar Nasional Indonesia (SNI) dan kebijakan safeguard mulai diperketat lagi. Juga, tumbuhkan kecintaan pada penggunaan produk dalam negeri. (OSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com