Jakarta, Kompas
Deputi Neraca dan Bidang Analisis Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) Slamet Sutomo mengungkapkan hal itu di Jakarta, Rabu (10/2), saat menyampaikan hasil penghitungan produk domestik bruto tahun 2009.
Hasil survei tersebut sejalan dengan hasil survei kegiatan dunia usaha yang disiarkan Bank Indonesia. Dalam survei itu, para pengusaha mempersoalkan akses kredit yang makin sulit, bunga kredit yang tinggi, minimnya infrastruktur, dan masih berbelitnya perizinan.
ITB yang berada di level 108,45 sebenarnya menunjukkan kondisi bisnis yang meningkat karena indeksnya masih ada di atas angka 100. Namun, indeks optimisme pelaku usaha dalam melihat potensi berbisnis pada hari-hari mendatang menurun. Hal itu terlihat pada turunnya ITB dari triwulan III-2009 ke triwulan IV-2009.
”ITB pada akhir tahun memang menunjukkan penurunan karena ini adalah saatnya mereka untuk berinvestasi. Akan berbeda kondisinya pada awal tahun karena saat ini setidaknya dana APBN sudah akan cair sehingga proyek akan kembali berjalan, berarti akan ada penghasilan masuk. Indeksnya biasanya meningkat,” ujar Slamet.
Atas dasar itu, pelaku bisnis yang disurvei BPS memperkirakan, kondisi bisnis pada triwulan I-2010 membaik. Ini diindikasikan dengan kenaikan ITB menjadi 108,76 pada triwulan I-2010. Jika itu terjadi, ITB pada triwulan I-2010 akan jauh lebih besar daripada ITB pada triwulan I-2009 yang hanya 96,91.
”ITB pada triwulan I-2009 itu sangat rendah dan harus dikecualikan karena saat itu terjadi krisis keuangan global,” ujarnya.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, persepsi pelaku usaha itu didorong oleh kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih. Dengan demikian, turunnya ITB tidak disebabkan isu-isu nonekonomi yang muncul di dalam negeri, seperti kasus Bank Century.
Ekonom Fadhil Hasan mengatakan, turunnya ITB belum bisa dijadikan sebagai pijakan bahwa akan ada penurunan investasi pada 2010. Itu antara lain karena pasar modal Indonesia masih cukup menarik arus dana segar dari luar negeri.
Daya tarik Indonesia akan semakin tinggi jika kinerja pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dan pasokan energi meningkat. ”Penurunan ITB itu adalah gejala sesaat dan merupakan refleksi dari kondisi tahun 2009 hingga triwulan III ketika ekonomi masih menurun dan bergejolak,” ungkapnya.