Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waralaba China Tunda Ekspansi ke Indonesia

Kompas.com - 01/03/2010, 09:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Enam bisnis waralaba asal China menunda rencana bisnisnya di Indonesia lantaran beberapa kendala di Indonesia, mulai dari kendala birokrasi hingga politik. Sektor-sektor yang mereka bidik, yaitu minimarket atau ritel, klinik obat-obatan alami atau herbal, jaringan rumah sakit, serta makanan dan pendidikan.

Pertama, mereka menunggu perkembangan penyelesaian kasus Bank Century lantaran khawatir hasil akhir proses penyelesaian kasus Bank Century mengubah tatanan politik Indonesia.

Kedua, selain alasan politis, mereka juga tengah mencermati sikap Dinas Perdagangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang belum menerbitkan 800 izin usaha minimarket di Ibu Kota. Dus, pebisnis yang ingin terjun di sektor tersebut pun memilih untuk menunggu.

”Bahkan, untuk bisnis herbal, sudah ada dua pebisnis yang menyatakan minatnya,” kata Ketua Dewan Pengarah Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Amir Karamoy, Minggu (28/2).

Ketiga, mereka juga masih menanti penerbitan regulasi baru yang berkaitan dengan investasi asing, seperti daftar negatif investasi (DNI), serta rencana pemberian tax holiday. ”Kalau regulasi yang sudah ada, misalkan SNI dan sertifikasi halal, mereka siap ikuti. Cuma masih menunggu kejelasan dari regulasi yang baru,” tutur Amir.

Sayangnya, Amir enggan membeberkan detail rencana ekspansi pebisnis dari Negeri Panda itu. ”Berapa nilainya saya belum bisa bilang. Yang pasti itu sangat besar,” ungkapnya.

Investasi sangat penting bagi penciptaan lapangan kerja untuk masyarakat Indonesia. Dus, semua regulasi terkait dengan investasi, termasuk waralaba asing, harus diatur dengan jelas dan memberikan kepastian hukum.

”Regulasi memang penting untuk melindungi industri dalam negeri, tetapi harus memberikan kejelasan bagi investor. Baik regulasi pusat maupun daerah,” ujar  Ketua Bidang Organisasi, Pembinaan Daerah, dan Hubungan Masyarakat Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit.

Berkaitan dengan sektor ritel, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Pudjianto menilai, regulasi yang berlaku saat ini sudah tepat dalam mengatur pertumbuhan bisnis tersebut, termasuk soal keharusan joint venture bagi investor asing.

Hanya saja, Pudjianto menyarankan, pemerintah perlu memberikan banyak dukungan bagi peritel lokal dalam format kecil alias minimarket pada era perdagangan bebas ini. Soalnya, peritel lokal pemilik jaringan minimarket bakal sulit bersaing dengan peritel asing yang memiliki modal kerja besar, teknologi mutakhir, serta dukungan jaringan internasional.

”Jadi, pemerintah perlu memberikan kemudahan bagi peritel lokal untuk mengembangkan bisnisnya. Apa jadinya kalau produk dan distribusi barang dikuasai asing?” katanya. (Raymond Reynaldi/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendag Fasilitasi Verifikasi Penyelidikan Antisubsidi Produk Aluminium Ekstrusi asal Indonesia oleh AS

Kemendag Fasilitasi Verifikasi Penyelidikan Antisubsidi Produk Aluminium Ekstrusi asal Indonesia oleh AS

Whats New
 IHSG Koreksi Tipis, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.000

IHSG Koreksi Tipis, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.000

Whats New
Komitmen PGN Perluas Pemanfaatan Gas Bumi di HUT ke-59

Komitmen PGN Perluas Pemanfaatan Gas Bumi di HUT ke-59

Whats New
Kementerian ESDM Lelang 5 Blok Migas di IPA Convex 2024, Ini Daftarnya

Kementerian ESDM Lelang 5 Blok Migas di IPA Convex 2024, Ini Daftarnya

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha Paytren Aset Manajemen

OJK Cabut Izin Usaha Paytren Aset Manajemen

Whats New
Fluktuasi Bitcoin Sedang Tinggi, Investor Diminta Pahami Kondisi Pasar

Fluktuasi Bitcoin Sedang Tinggi, Investor Diminta Pahami Kondisi Pasar

Whats New
AXA Mandiri Cetak Laba Bersih Rp 1,33 Triliun Sepanjang 2023

AXA Mandiri Cetak Laba Bersih Rp 1,33 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Ada Momen Ramadhan, Penjualan Eceran Maret 2024 Melesat

Ada Momen Ramadhan, Penjualan Eceran Maret 2024 Melesat

Whats New
Menko Airlangga: Kemungkinan RI Resesi Hanya 1,5 Persen, Terendah di Dunia

Menko Airlangga: Kemungkinan RI Resesi Hanya 1,5 Persen, Terendah di Dunia

Whats New
Butuh Dana untuk Investasi, Adaro Minerals Absen Bagi Dividen Tahun Ini

Butuh Dana untuk Investasi, Adaro Minerals Absen Bagi Dividen Tahun Ini

Whats New
Ciri-ciri Atasan 'Toxic' dan Cara Menghadapinya

Ciri-ciri Atasan "Toxic" dan Cara Menghadapinya

Work Smart
Petronas Teken Kontrak Blok Bobara, Nilai Investasi Rp 272,95 Miliar

Petronas Teken Kontrak Blok Bobara, Nilai Investasi Rp 272,95 Miliar

Whats New
J Trust Bank Hadirkan Program Tabungan Sekaligus Penanaman Mangrove

J Trust Bank Hadirkan Program Tabungan Sekaligus Penanaman Mangrove

Whats New
Pasar Perbaikan Pesawat di RI Besar, FL Technics Buka Fasilitas MRO di Bandara Ngurah Rai dan Raih Sertifikat FAA

Pasar Perbaikan Pesawat di RI Besar, FL Technics Buka Fasilitas MRO di Bandara Ngurah Rai dan Raih Sertifikat FAA

Whats New
UNESCO Tetapkan Semen Padang sebagai Warisan Kolektif Asia Pasifik

UNESCO Tetapkan Semen Padang sebagai Warisan Kolektif Asia Pasifik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com