Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencabutan Subsidi buat Kendaraan Mewah

Kompas.com - 02/06/2010, 08:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah hingga kini masih terus mengevaluasi penggunaan bahan bakar minyak bersubsidi terhadap seluruh pemakaian jenis kendaraan.

Demikian dikatakan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita H Legowo seusai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (1/6/2010).

Menurut Evita, pencabutan subsidi BBM tidak hanya motor, tetapi juga hingga mobil mewah. Namun, prioritas pengurangan pemakaian BBM bersubsidi ditujukan terhadap para pemakai kendaraan mewah.

Jika dari hasil evaluasi pemakaian kendaraan tersebut tidak melebihi 36,5 juta kiloliter BBM bersubsidi, pemerintah tidak akan mengurangi pemakaian BBM bersubsidi.

"Itu pasti salah tangkap. Tidak ada motor yang BBM bersubsidinya akan dikurangi. Semua jenis kendaraan yang menggunakan BBM bersubsidi akan kita evaluasi. Motor memang termasuk aliran yang menggunakan BBM bersubsidi. Akan tetapi, keliru jika ada mobil mewah yang masih menggunakan BBM bersubsidi. Itulah yang masih dikaji dan belum ada keputusan," kata Evita.

Menurut Evita, tahun ini pemerintah hanya menyediakan 36,5 juta kiloliter BBM bersubsidi. "Jika jatah BBM bersubsidi itu habis, pemerintah tentu akan mengurangi penggunaan BBM," tambahnya.

Evita menyatakan, penggunaan BBM bersubsidi itu sebenarnya hanya dilakukan untuk masyarakat tidak mampu. "Kalau memang memungkinkan, hasil dari evaluasi itu, pengurangan BBM bersubsidi akan diterapkan tahun ini juga," ungkap Evita.

Sementara itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan menjajaki pemanfaatan bahan bakar gas untuk kapal-kapal nelayan.

Hal itu dilakukan karena kebutuhan BBM subsidi bagi nelayan kurang mencukupi. Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Dedy Sutisna mengemukakan, pihaknya mulai tahun ini mengembangkan pemanfaatan bahan bakar gas untuk nelayan berupa gas alam cair (LNG).

Saat ini, ujar Dedy, sedang dilakukan uji coba penggunaan LNG untuk 15 kapal nelayan di Pasuruan, Jawa Timur. Pemakaian LNG dipadukan dengan BBM subsidi dengan perbandingan BBG dan BBM adalah 80:20 persen.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, kebutuhan BBM bersubsidi sektor perikanan dan kelautan 2.516.976 kiloliter per tahun.

Namun, tahun 2009 Pertamina hanya menyalurkan 1,32 juta kiloliter. Tahun 2010 tidak ada penambahan alokasi BBM subsidi bagi nelayan sehingga masih terjadi kekurangan BBM subsidi sesuai dengan kebutuhan nelayan. (RYO/LKT/HAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Whats New
Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Whats New
PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

Whats New
Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Whats New
Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Whats New
Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Whats New
PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

Whats New
KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

Whats New
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com