Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Cabai Naik Lagi, Capai Rp 50.000 Per Kg

Kompas.com - 13/07/2010, 04:12 WIB

Tangerang, Kompas - Di sejumlah pasar di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan, harga cabai rawit merah meroket hingga mencapai Rp 50.000 per kilogram. Harga cabai rawit,

cabai besar merah, dan cabai keriting merah juga naik. Selain itu, harga bawang merah, bawang putih, dan kentang juga naik.

Pemantauan di Pasar Ciledug, Lembang, Bengkok, serta Pasar Lama di Kota Tangerang dan Pasar Ciputat di Tangerang Selatan, Senin (12/7), harga cabai rawit merah mencapai Rp 50.000 per kg. Padahal sepekan lalu harga cabai rawit merah masih Rp 16.000 per kg.

Sementara harga cabai besar merah naik Rp 20.000 per kg menjadi Rp 40.000 per kg. Harga cabai keriting merah juga naik 3.000 per kg, yakni dari Rp 45.000 per kg menjadi Rp 48.000 per kg.

Harga bawang merah juga naik dari Rp 10.000 per kg menjadi Rp 16.000 per kg. Sementara harga bawang putih naik dari Rp 20.000 per kg menjadi Rp 24.000 per kg dan naik lagi menjadi Rp 25.000 per kg. Harga kentang, yang semula Rp 5.000-Rp 7.000 per kg, kini naik menjadi Rp 8.000-Rp 10.000 per kg.

Menurut Anis (40), pedagang sayur di Pasar Ciputat, pemicu kenaikan harga karena pasokan dari sentra produksi sayur ke Jakarta tersendat. Menurut informasi para pedagang pemasok, produksi menurun karena gagal panen.

Pedagang marah

Dampak kenaikan harga sejumlah komoditas itu membuat sejumlah pedagang dan ibu rumah tangga menggugat, kenapa pemerintah tidak mampu mengendalikan harga kebutuhan pokok.

”Masak sih mau beli cabe rawit merah Rp 2.000 saja tidak bisa. Pedagang sayur juga tidak mau melayani pembeli yang cuma mau membeli cabe besar merah Rp 2.000. Pedagang baru mau melayani kalau belinya minimal Rp 5.000,” kata Saimi (35), ibu rumah tangga di Paninggilan Utara, Ciledug. Padahal selama ini dengan Rp 2.000, Saimi bisa membuat sambal untuk kebutuhan selama dua hari.

Selain ibu rumah tangga yang protes kenaikan harga komoditas sayuran, pedagang makanan juga mengeluhkan melonjaknya harga sayuran. Tingginya harga cabai dan sayuran membuat mereka sulit berjualan dan tidak bisa memenuhi selera konsumennya yang menginginkan makanan berasa pedas.

”Saya terpaksa membuat sambel kacang yang ditambah lada biar terasa pedes. Sekarang sudah enggak sanggup lagi beli cabe karena sangat mahal,” kata seorang perempuan pemilik warung di Karang Tengah.

Menurut pedagang itu, biasanya ia membeli cabai rawit dan cabai keriting merah untuk dicampur menjadi sambal dalam porsi yang banyak. Dalam sehari ini menggunakan 0,25 kg cabai rawit yang dicampur cabai keriting merah. Namun, sejak harga kedua jenis cabai itu naik tinggi, ia terpaksa menggunakan cabai keriting merah dicampur lada.

Samad (47), pedagang bakso gerobak, mengatakan, harga yang tinggi membuat ia mengurangi penggunaan cabai. Samad membuat porsi sambal berkurang separuh dari biasanya dan menggantinya dengan sambal kemasan dalam botol buatan pabrik.

”Pembeli sudah ada yang protes dengan sambel itu yang rasanya tidak pedas. Tetapi saya terus terang bilang ke pelanggan bahwa harga cabe mahal,” kata Samad. (PIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com