Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semester I, Anggaran Surplus Rp 50 T

Kompas.com - 15/07/2010, 14:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, realisasi anggaran pemerintah dalam semester I 2010 telah surplus Rp 45 triliun-Rp 50 triliun.

"Sampai Juni, anggaran surplus Rp 45 triliun-Rp 50 triliun karena penerimaan memang lebih baik dari yang kita perkirakan dan pengeluaran lebih pelan. Namun, posisi dana pemerintah ada di atas Rp 150 triliun," kata Agus di Jakarta, Kamis (15/7/2010).         Ia menyatakan, surplus anggaran terjadi karena penerimaan negara melalui pajak hingga Juni 2010 lebih baik dua persen dan pengeluaran belanja pemerintah lebih lambat sekitar dua atau tiga persen dibandingkan tahun lalu.         "Dibandingkan tahun lalu, kita defisit Rp 5 triliun. Namun, kita sekarang surplus karena penerimaan lebih tinggi dan ternyata harga ICP lebih baik dibandingkan tahun lalu. Lifting minyak juga lebih bagus, begitu pula dengan penerimaan bea dan cukai," ujarnya.

Namun, Menkeu mengakui, penyerapan anggaran belanja pemerintah hingga semester I masih mencapai 35 persen atau masih rendah dibandingkan tahun lalu yang telah mencapai 37 persen. "Terkait dengan realisasi anggaran sampai Juni dan prognosisnya sampai akhir tahun, selama ini kita memang melihat realisasi anggaran pemerintah tidak sampai 100 persen," ujarnya.          Menurut Menkeu, pemerintah berusaha untuk memperbaiki agar penyerapan anggaran dapat dipercepat dan menerapkan reward and punishment bagi kementerian lembaga yang tidak bisa merealisasikan anggarannya karena nanti ada disinsentif.         

Ia menambahkan, saat ini yang lebih penting bukan mengutamakan punishment, melainkan bagaimana kementerian lembaga dalam posisi untuk merealisasikan anggarannya sehingga tidak ada anggaran sisa. "Tapi kembali lagi, saya rasa masih akan ada anggaran yang tidak terserap 100 persen," ujarnya.

Untuk itu, karena penerimaan yang membaik, terutama dari sektor perpajakan, pemerintah belum berencana untuk menerbitkan samurai bond atau sukuk global karena lebih baik apabila anggaran didorong melalui penerimaan dalam negeri. "Kita akan menerbitkan samurai bond atau sukuk yang masuk rencana kerja pemerintah. Tapi, kita akan melakukan realisasi di saat yang tepat. Jadi, sekarang ini belum kita lakukan," katanya.

Menkeu menegaskan, kebijakan pengelolaan utang untuk mendukung penerimaan negara harus dilakukan dalam kondisi ringan dengan bunga murah. Hal itu juga dilakukan dengan mengutamakan utang dalam negeri dan secara berkala menurunkan utang luar negeri. "Sekarang kalau dana kita berlebih, kita mungkin belum perlu menerbitkan (sukuk global atau samurai bond) walaupun dalam rencana kerja kita ada," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah 'Stunting' melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com